Rabu 03 Dec 2014 04:17 WIB

Polisi Hong Kong Tindak Demonstran Lebih Keras

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Winda Destiana Putri
Polisi bentrok dengan pendemo di Hongkong
Foto: BBC
Polisi bentrok dengan pendemo di Hongkong

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Ribuan aktivis prodemokrasi Hong Kong memaksa penutupan sementara kantor pusat pemerintah setelah bentrok dengan polisi, Senin (2/12).

Pemimpin Eksekutif Hong Kong Leung Chun-yng mengatakan polisi telah bersikap toleran. Namun, kini polisi akan mengambil tindakan tegas.

"Sejumlah orang menyalahartikan toleransi polisi sebagai sebuah kelemahan. Saya meminta mahasiswa yang berencana kembali ke lokasi pendudukan malam ini untuk tidak melakukannya," ujar Leung kepada wartawan, dilansir dari Reuters, Rabu (3/12)

Berbicara di atas panggung di jantung lokasi protes utama di Admiralty, pemimpin mahasiswa Joshua Wong mengatakan dia dan dua mahasiswa lainnya, termasuk siswa sekolah menengah akan mulai melakukan mogok makan. Hal itu mereka lakukan untuk menekan Cina mengabulkan demokrasi penuh di Hong Kong.

"Hari ini, kami memutuskan melakukan ini karena kami merasa tidak ada pilihan lain," kata remaja 18 tahun tersebut disambut tepuk tangan dan sorak-sorai ratusan demonstran.

Hujan yang mengguyur tidak mereka hiraukan. Sebelumnya, terjadi bentrokan antara pegawaiyang akan menuju tempat kerja mereka dengan ratusan demonstran. Pemerintah pusat dan parlemen terpaksa ditutup. Begitu juga dengan puluhan toko.

Dalam bentrokan tersebut, polisi menggunakan tongkat pemukul dan semprotan merica untuk menghalau pengunjuk rasa.

Pemimpin Federasi Mahasiswa Hong Kong Alex Chow mengatakan demonstran ingin melumpuhkan kantor pusat pemerintah. "Rencananya adalah menggagalkan sistem secrar keseluruhan mengingat jika sejumlah tempat diduduki mereka akan segera dibersihkan polisi," ujar Chow.

Gerakan menuntut demokrasi di Hong Kong oleh mahasiswa tersebut merupakan ancaman terbesar bagi Partai Komunis Cina sejak protes serupa di Alun-Alun Tiananmen pada 1989.

Menteri Keuangan Hong Kong John Tsang mengatakan protes telah menghancurkan citra internasional Hong Kong dan melukai kepercayaan investor. Dia menambahkan pertumbuhan ekonomi ota kemungkinan lebih rendah dari perkiraan pemerintah 2,2 persen. Hong Kong juaga dilaporkan mengalami perlambatan penjualan bulanan.

Dalam kerusuhan Senin malam, paramedis sukarela mengobati banyak korban luka, beberapa ada yang pingsan dan berdarah di kepala. Polisi mengatakan telah menahan sedikitnya 40 orang.

Kerusuhan dipicu saat anggota parlemen Inggris mengatakan mereka diberitahu oleh Kedutaan Besar Cina mereka tidak akan diizinkan memasuki Hong Kong sebagai bagian dari penyelidikan hubungan Inggris dengan bekas koloni itu dan kemajuan demokrasi.

Hong Kong dikembalikan kepada Cina oleh Inggris pada 1997. Hong Kong menganut kebijakan satu negara, dua sistem dan memperoleh otonomi dari Cina.

Demonstran yang sebagian besar mahasiswa menuntut pemilihan umum yang bebas untuk memilih pemimpin mereka pada 2017. Mereka menolak kandidat yang harus mendapat persetujuan Cina terlebih dulu.

Pada puncaknya dua bulan lalu, aksi mahasiswa tersebut mampu menarik lebih dari 100 ribu orang ke jalan. Namun, jumlah massa kini berkurang jauh dan dukungan publik terhadap gerakan mahasiswa memudar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement