REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Fidel Castro menerima penghargaan Nobel Perdamaian versi Cina. Castro mengalahkan lebih dari 20 calon, termasuk Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, dan Organisasi Kerjasama Shanghai, kelompok kawasan pimpinan Moskow dan Beijing, untuk merebut Penghargaan Perdamaian Konfusius tahun ini.
Mengutip laporan surat kabar pemerintah "Global Times", ikon revolusioner Kuba itu dipilih oleh sembilan juri dari kelompok 16 pakar dan akademisi. Penghargaan tandingan ini telah dimulai sejak 2010. Penghargaan ini muncul setelah tiba-tiba diumumkan oleh panel dua hari sebelum pembangkang Cona yang dipenjara, Liu Xiaobo, dianugerahi penghargaan Nobel yang membuat marah pemerintah Beijing.
Kebetulan itu memicu spekulasi jika penghargaan itu dibentuk dengan arahan pemerintah. Seorang mahasiswa pertukaran Kuba menerima penghargaan tahun ini atas nama Castro di sebuah upacara pada Selasa, sehari sebelum Malala Yousafzai dan Kailash Satyarthi menerima Penghargaan Nobel Perdamaian di Oslo.
Sejak pensiun pada 2006 akibat mengalami masalah kesehatan yang hampir fatal, Castro, telah menghabiskan waktu luangnya untuk menulis buku dan artikel untuk media resmi di Kuba, yang kini dipimpin oleh adiknya, Raul.
Pada tahun 2010, tokoh Taiwan, Lien Chan, menerima Penghargaan Perdamaian Konfusius pertama, pada konferensi pers yang kacau, meskipun kantor mantan wakil presiden itu menyangkal mengetahui hal itu.