REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- 18 Desember merupakan hari ditetapkannya Bahasa Arab sebagai bahasa resmi di Perserikatan Bangsa-bangsa. Sekaligus dijadikan sebagai hari Bahasa Arab Se-Dunia.
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang yang dikenal sebagai kampus pengembang bahasa Arab merasa perlu menghelat kembali peringatan Hari Bahasa Arab Se-Dunia.
Tahun 2011, UIN Malang berhasil mengadakan peringatan Hari Bahasa Arab Se-Dunia. Tujuannya, untuk mengingatkan umat Islam perlu menguasai bahasa Arab bila ingin memahami sumber-sumber utama ajaran Islam.
Menurut Dr Uril Bahruddin, peringatan Hari Bahasa Arab se-dunia yang berlangsung Kamis dan Jumat (18-19/12) dan digelar di dua tempat (kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan Universitas Darussalam Gontor) akan dimeriahkan seminar internasional yang dihadiri 38 pakar bahasa Arab dari seluruh dunia.
''Yang menjadi nara sumber utama pada seminar dengan tema Pembelajaran Bahasa Arab di Empat Benua ini berasal dari empat benua yakni Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika,'' papar ketua panitia seminar internasional, Dr Uril Bahruddin kepada Republika, Jumat (12/12).
Benua Asia, kata Uril, diwakili Lembaga Arabic for All dari Riyadh; Eropa diwakili Prof Dr Eckehard Schulz dengan bukunya Modern Standard Arabic; Afrika diwakili pengarang buku al-Kitab al-Asasi; dan Amerika diwakili Prof Dr Mamdouh Nourdin dengan buku seri karangannya yang berjudul Arabic: A Bridge to Islamic Culture.
“Di masing-masing benua ada pakar Bahasa Arab yang kami anggap bisa mewakili kawasannya untuk berbagi pengalaman dalam mengajarkan Bahasa Arab,'' ungkap Dr Bahruddin Fannani MA, kepala Pusat Kerjasama Luar Negeri UIN Malang.
Bahruddin menjelaskan, model pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan di kawasan-kawasan tersebut ada yang telah dicoba dipergunakan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang; yaitu yang dikembangkan Lembaga Arabic for All yang ada di Riyadh.
''Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, buku pembelajaran yang mereka ciptakan telah dipergunakan sebagai bahan ajar bagi mahasiswa baru yang diwajibkan untuk menguasai bahasa Arab,'' ungkap alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor ini kepada Republika.