Selasa 23 Dec 2014 14:09 WIB

Innalillahi, Pengungsi Banjir di Bandung Meninggal Dunia

Rep: C80/ Red: Erdy Nasrul
Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial, Andi ZA Dulung, saat meninjau pengunsi korban banjir Baleendah
Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial, Andi ZA Dulung, saat meninjau pengunsi korban banjir Baleendah

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Seorang korban banjir, Maman (60 tahun), meninggal dunia saat sedang mengungsi dibantaran sungai Citarum. Pasalnya, korban meninggal akibat infeksi saluran pernafasan. Banjir yang telah lima hari melanda kabupaten Bandung tersebut saat ini kondisinya semakin parah. "Memang sudah satu bulan dia sakit asma. Malam harinya masih biasa ngobrol, tapi pas sekitar pukul 04.00 dia meninggal," kata Dedi, wakil ketua Rw 21, Bandung, Selasa (23/12).

Dedi mengatakan, Walaupun sudah diperingatkan oleh warga sekitar untuk menempati tempat pengungsian. Namun, dia tetep bersikeras ingin tinggal di dalam tenda. Bahkan, Lanjut Dedi, dia seperti menyembunyikan dari warga yang lain kalau dia tengah sakit. Maman sendiri meninggal pada senin (22/12) dinihari. "Warga tidak ada yang tahu kalau dia sedang minum obat, makanya kaget juga pas dia meninggal," ujarnya.

Dedi menambahkan, di RW 21, terdapat 50 jiwa yang menempati tenda, bahkan satu ibu hamil juga tidur di dalam tenda. Bahkan, beberapa orang sudah mengalami sakit Inpeksi saluran pernafasan atas (Ispa). Karena tidak ada tempat yang bisa dijadikan lokasi pengungsian, kata Dedi, 17 KK di Kampung Mekarsari RW 21 Kelurahan Bojongsoang, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung memilih mendirikan tenda di pinggir sungai Citarum.

Dedi menuturkan, hampir semua rumah di Kampung Mekrsari terendam air, sehingga warga berinisiatif mendirikan tenda dari terpal di sebuah lahan yang tidak terendam di dekat jembatan Bojongsoang. "Kalau ke tempat pengungsian, jauh makanya kami mendirikan tenda," tutur Dedi.

Semenjak banjir menggenang Kampung tersebut pada Jumat (19/12) lalu, sebagian warga sudah mendirikan tenda, namun sejak senin (22/12) seluruh warga di RW tersebut menempati tenda kerena rumah mereka sudah tergenang. Warga di Kampung tersebut mengaku sudah terbiasa mengahadapi banjir, biasanya air akan surut dalam dua atau tiga hari. "Kalau ke tempat pengungsian, lokasinya jauh takutnya di rumah sudah surut, nanti tidak keburu bersih-bersih. Soalnya kalau kelamaan didiamkan, nantu lumpurnya kering dan akan susah dibersihkan," tambahnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement