REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pengeritik utama Kremlin Alexei Navalny ditahan polisi Selasa setelah ia melanggar aturan tahanan rumahnya untuk bergabung dengan protes di Moskow mengenai putusan bersalah terhadap dirinya dan adik lelakinya dalam kasus penipuan yang kontroversial.
Puluhan orang lain juga ditahan sementara ratusan orang berkumpul di Moskow Pusat setelah pemimpin oposisi karismatis yang berusia 38 tahun itu menyerukan rakyat Rusia untuk turun ke jalan-jalan menentang rezim Presiden Vladimir Putin menyusul fatwa pengadilan yang dikeluarkan Selasa (30/12).
Hakim di Moksow menemukan Navalny dan adiknya Oleg bersalah melakukan penggelapan dan menghukum mereka selama tiga setengah tahun, tetapi sementara hukuman Navalny ditangguhkan, adiknya, yang tidak terlibat dalam politik, diperintahkan menjalani masa hukuman tersebut di balik jeruji besi.
Hukuman atas adiknya yang berusia 31 tahun membuat marah Navalny dan ditafsirkan oleh para sekutunya sebagai usaha memberangusnya dan menghentikan ambisinya untuk mengikuti pemilihan presiden pada 2018.
Navalnya, yang dikenai tahanan rumah awal tahun ini, berusaha meloloskan diri dan mengambil foto dirinya di Metro Moskow ketika ia berusaha bergabung dengan kerumunan orang yang bergerak menuju alun-alun Manezhnaya.
Tapi seorang personil polisi menangkap dia dan memasukkan ke dalam satu mobil.
"Penahahan saya tak berarti apa-apa," tulisnya dari mobil di FireChat. "Mereka tidak dapat menahan siapapun," katanya, seraya meminta orang-orang tetap bertahan dan berani kendati suhu udara minus 15 derajat Celsius.
"Ini bukan mengenai saya atau adik saya tetapi mengenai kengerian yang memalukan di negeri kita," kata dia kepada radio Gema Moskow.
Dinas Penjara Rusia menyatakan pihaknya memberitahu pengadilan mengenai pelanggaran tahanan rumah Navalny -- satu langkah yang dapat mengakibatkan tahanan rumahnya berubah menjadi tahan penjara.
Lebih 130 orang lainnya ditahan pada aksi protes itu, yang tidak menerima izin yang dibutuhkan dari balaikota, menurut OVD-Info, satu lembaga swadaya masyarakat yang memantau penahanan-penahanan.
Navalny melukiskan fatwa pengadilan Selasa sebagai "menjijikan" dan mengatakan rezim Putin menggunakan strategi untuk "menyiksa dan menyengsarakan keluarga para lawan politiknya."
"Rezim ini tak punya hak untuk eksis, harus dihancurkan," kata dia.