Rabu 31 Dec 2014 17:34 WIB

Lima Isu Tantangan Ekonomi Dunia 2015 (5-Habis)

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Hazliansyah
Mata uang Euro (Ilustrasi)
Foto: AP
Mata uang Euro (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perekonomian dunia memasuki 2015 sudah di persimpangan jalan. Salah satu "lagu" yang terdengar adalah pemulihan ekonomi dunia sejak krisis keuangan meletus pada 2007. 

Harga minyak yang turun hingga ke level terendah mendorong belanja konsumen dan bisnis investasi. Seluruh dunia mulai melakukan revitalisasi. 

Berikut adalah lima isu yang bisa dinilai sebagai pendorong atau justru penghambat perkembangan ekonomi dunia tahun depan, dilansir dari the Guardian, Rabu (31/12).

5. Zona Euro

Zona Euro masih mengalami krisis dan tak ada yang percaya hal tersebut akan selesai pada 2015. 

Presiden Bank Sentral Eropa, Mario Draghi mengangkat blok mata uang tunggal dan fase terburuk dari krisis ini pada musim panas 2012 lalu. Draghi hanya mengatakan dia akan melakukan upaya apapun untuk menyelamatkan Zona Euro. Tapi, dia kini menghadapi satu tantangan terbesar dari sebelumnya.

Pada 2014, Zona Euro gagal pulih dan terus mengalami deflasi. Tak satupun dari masalah ekonomi di sini pergi, dengan pertumbuhan hanya 0,2 persen pada kuartal ketiga 2014 dan tingkat inflasi tahunan hanya 0,3 persen per November 2014.

Yunani dan Spanyol sudah terjebak dalam deflasi panjang dan ada kekhawatiran spiral deflasi ini akan menyebar ke seluruh negara di zona ini. Ketakutannya karena harga terus turun, sektor bisnis dan konsumen menunda pengeluaran mereka. 

Dengan latar belakang pertumbuhan ekonomi lemah, harga minyak yang rendah dan kurangnya tekanan inflasi membuat Bank Sentral Eropa harus terus berjuang melawan deflasi hingga 2015 ini.

Kebijakan yang diumumkan Bank Sentral Eropa pada 2014, termasuk kewajiban bank memarkir uang tunai di bank sentral juga gagal mendorong lebih banyak pinjaman. Bank masih memiliki satu senjata tersisa, pelonggaran kuantitatif full blown.

Sejauh ini, kebijakan Zona Euro gagal mengambil risiko quantitative easing, terutama akibat oposisi kuat Jerman. Data lemah dari Zona Euro akan membuat investor gelisah dan memicu kepanikan.

Relevansi Inggris sangat besar. Pembuat kebijakan di Bank of England dan pemerintah sudah berulang kali memperingatkan salah satu ancaman terbesar pemulihan ekonomi Inggris adalah Zona Euro karena itu adalah mitra dagang terbesarnya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement