REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pascapengumuman turunnya harga premium dari Rp 8.500 menjadi Rp 7.600 sejumlah sopir angkot mengaku tak mau menurunkan tarif.
Hasyim (30 tahun) misalnya, sopir angkutan umum trayek Depok-Pasar Minggu mengatakan koperasi angkutan trayeknya belum memberikan perintah untuk menurunkan tarif angkot. Dia sendiri mengaku enggan untuk menurunkan tarif angkutan. Menurutnya, penurunan harga premium Rp 900 tak begitu berdampak pada tarif angkutan.
"Kalau turun jadi Rp 5.000 mungkin bakalan ikut turun, cuma 900 yang lain juga masih mahal. Masa cuma angkot yang suruh turun," ujar Hasyim, Jumat (2/1).
Hasyim enggan menurunkan tarif karena selama ini penumpang suka main bayar seenaknya. Misalkan, tarif Depok-Pasar Minggu di bandrol Rp 5.500 karena kenaikan tarif Rp 1.000 dari harga sebelumnya. Namun, kebiasaan penumpang hanya membayarkan Rp 5.000 saja. Alasan inilah salah satu asalan Hasyim tetap memakai tarif lama dan berharap tak ada perubahan tarif angkutan umum. "Buat nutup yang kurang," tambah Hasyim.
Hasyim juga menambahkan, harga oli dan sparepart juga masih mahal ketimbang sebelum kenaikan harga BBM. Sehingga dirinyan juga perlu memikirkan biaya perawatan mobil angkutan umumnya. Selain itu, pendapatan yang ia peroleh masih harus dipotong menbayar cicilan mobil ke koperasi.
Pengakuan serupa disampaikan Juri (44) supir angkot jurusan Depok-Citayam. Juri mengatakan pihaknya enggan menurunkan tarif angkutan karena turunnya harga premium tidak sebesar kenaikannya. Juri mengatakan turun kali ini dimanfaatkan olehnya untuk menutup kekurangan setoran yang sempat terjadi saat awal awal kenaikan bahan bakar minyak November kemarin.
"Gak berpengaruhlah, cuma ya saya bersyukur kalau turun. Yang paling berdampak harusnya sama penjual bahan pokok, kalau kita sih angkot ya sama aja," ujar Juri saat ditemui Republika di Terminal Terpadu Depok, Jumat (2/1).
Tak berubahnya tarif angkutan umum disesali oleh Irma (35) warga Pancoran Mas. Meski menyesali tarif angkot yang tidak turun, Irma memang sudah bisa menebak kalau tarif angkot memang tidak berkurang meski harga premium menurun. Irma tetap memakai angkutan umum sebagai kendaraan menuju tempat kerjanya di daerah Pasar Minggu.
"Namanya juga angkot, gak mungkin turun-lah," ujar Irma sambil tertawa