REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- -- Rais Syuriah PBNU KHA Hasyim Muzadi mengakui dirinya telah menerima tugas dari empat kiai sepuh/senior terkait masa depan NU, namun tugas itu tidak berkaitan dengan Muktamar NU 2015.
"Saya memang menerima tugas dari empat kiai sepuh, tapi tugas itu bukan tugas untuk pencalonan dalam Muktamar NU 2015, melainkan tugas untuk memberi pencerahan kepada warga NU," katanya di Surabaya, Senin (12/1).
Ditemui di sela Haul I Indar Parawansa (suami Mensos) di Jemursari, Surabaya, ia menjelaskan pencerahan itu terkait dengan adanya rembesan liberalisme, Syiah, Wahabi, HTI, dan sebagainya ke dalam tubuh NU.
"Para kiai meminta saya untuk mengembalikan warga NU ke rel NU, seperti yang digariskan para pendiri NU," ungkap pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam di Malang dan Depok itu.
Menurut dia, Rel NU yang ditugaskan kepada dirinya ada empat hal yakni Islam, Aswaja, Aswaja menurut visi ulama NU, kepemimpinan ulama, dan membuat sistem yang menjamin terselenggaranya ide-ide ulama.
"Untuk tugas itu, saya berkeliling ke PWNU, PCNU, dan tokoh-tokoh ulama NU se-Indonesia, tapi tugas itu sudah saya selesaikan dalam empat bulan. Dari perjalanan itu, saya melihat memang ada kecenderungan pergeseran itu, karena itu perintah para kiai sepuh itu harus ditindaklanjuti dalam bentuk konsep," tuturnya.
Karena itu, ia membantah tugas para kiai kepadanya itu terkait dengan Muktamar NU 2015. "Nggak ada perintah kepada saya untuk menjadi pengurus. Beberapa PWNU dan PCNU yang ketemu memang ada yang minta saya maju, tapi saya belum menjawab sampai sekarang, karena saya juga masih tergantung para ulama," tukasnya.
Namun, ia mengaku sudah mendengar beberapa calon Ketua Umum (tanfidziah) yang mencuat ke permukaan menjelang Muktamar NU di Jombang, Jawa Timur pada 1-5 Agustus 2015, di antaranya KH Said Aqil Siroj (PBNU), As'ad Said Ali (PBNU), KH Solahudin Wahid (PBNU), Dr H Adenan (Jateng), KH Mutawakkil Alallah (Jatim), dan sebagainya.
"Biarkan saja semuanya berkembang, karena saya juga tidak punya hak untuk melarang pencalonan mereka. Jadi, nggak masalah kalau calon itu banyak, tapi saya akan menjaga rel NU saja, karena kalau NU terancam, maka NKRI juga terancam," ucapnya.
Dia berharap PBNU pada periode mendatang akan peduli pada adanya rembesan liberalisme, Syiah, Wahabi, HTI, dan sebagainya ke dalam tubuh NU, sehingga warga NU yang bergeser akan kembali ke rel NU sebagaimana cita-cita pendiri NU.
Ketika berbicara dalam Halaqoh Pengasuh Pesantren di Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang (11/1), Hasyim Muzadi menegaskan bahwa kemunculan ISIS dan aliran Islam garis keras lain itu merupakan ancaman serius bagi bangsa Indonesia, termasuk NU.
"Karena ujung dari ancaman itu adalah menghancurkan NU karena memiliki warga yang demikian banyak. Celakanya, para pemimpin dan warga NU tidak melihat hal ini sebagai sebuah ancaman, namun saya bersyukur ada empat kiai sepuh yang mencermati hal itu dengan serius dan meminta saya untuk mengembalikan rel yang menyimpang itu," ujarnya.