REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perdana Menteri Prancis Manuel Valls, mengatakan, salah satu dari tiga pria bersenjata yang melakukan aksi penyerangan yang menewaskan total 17 orang 'pasti' memiliki antek. Valls berjanji akan melanjutkan perburuan untuk menangkap pelaku serangan itu.
Amedy Coulibaly, yang membunuh seorang polisi di wilayah selatan Paris dan kemudian membunuh empat warga keturunan Yahudi yang sedang berbelanja dalam sebuah drama penyanderaan, kemungkinan mendapat bantuan dari orang lain, kata Valls. PM Prancis itu pun berjanji perburuan terhadap Coulibaly akan terus dilanjutkan.
Amedy Coulibaly (32), yang menjadi buronan karena membunuh seorang polisi perempuan, diduga sebagai orang yang mengurung diri dengan para sandera di pasar swalayan kosher (halal) di wilayah timur Paris, Porte de Vincennes. Setidaknya dua orang tewas dalam penyanderaan itu.
Coulibaly diyakini memiliki hubungan dengan Cherif Kouachi (32 tahun), salah satu dari dua pria yang diduga melakukan pembunuhan massal di kantor majalah Charlie Hebdo hingga menewaskan 12 orang. Kouachi dan Coulibaly pada 2010 terlihat bersama-sama ketika mengunjungi seorang pejihad lainnya, Djamel Beghal. Beghal adalah dalang rencana upaya kabur dari penjara, yang gagal.
Coulibaly dipidana atas peranannya dalam rencana tersebut dan sudah sangat dikenal oleh polisi antiteroris. Dakwaan terhadap Kouachi dalam kasus itu dibatalkan. Pihak Kepolisian Prancis telah menerbitkan foto Coulibaly dan isterinya, Hayat Boumeddiene, yang berusia 32 tahun.