Rabu 14 Jan 2015 22:30 WIB

Kata Filsuf dan Kritikus Budaya Tentang Charlie Hebdo

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Citra Listya Rini
Salah satu edisi majalah Charlie Hebdo.
Foto: Stripsjournal
Salah satu edisi majalah Charlie Hebdo.

REPUBLIKA.CO.ID, SLOVENIA -- Seorang kritikus budaya yang juga filsuf aliran Marx, Slavoj Zizek mengatakan kepercayaan para ektrimis Islam sangatlah rapuh jika terancam hanya oleh sebuah karikatur dalam koran satir yang terbit mingguan.

''Ini adalah waktu yang tepat untuk memberanikan diri berpikir,'' kata Zizek dalam tulisannya di NewStatesman pada 10 Januari lalu. Menurutnya, setiap orang harus mengutuk pembunuhan yang terjadi karena hal tersebut adalah serangan pada kebebasan.

Zizek mengatakan dengan menunjukan solidaritas universal tidak lah cukup. ''Kita perlu berpikir lebih jauh,'' katanya. Menurut pria yang juga penulis ini, serangan pada Charlie Hebdo memiliki agenda politik dan keagamaan. Ia percaya ini adalah bagian dari agenda yang lebih besar.

Ia mengatakan masyarakat dunia seharusnya tidak bereaksi berlebihan jika yang dilakukan Charlie Hebdo adalah Islamophobia. Para ekstrimis menganggap orang-orang barat adalah para atheis yang tidak memiliki kepercayaan.

Sehingga, memerangi para atheis akan memenuhi hasrat mereka yang menganggap para atheis itu penuh dengan dosa. ''Sama seperti kepercayaan Buddha yang menganggap orang barat adalah Hedonis, mereka mengutuknya,'' kata Zizek.

Menurutnya, fundamental inilah yang mengakar pada para ekstrimis. Mereka sangat terganggu dengan kehidupan para non-believers yang 'penuh dosa'. Menurut Zizek, fundamental teror Islam para teroris tidak berdasar pada perasaan superior mereka atau hasrat mereka untuk menjaga agama dari globalisasi.

''Masalahnya juga bukan pada perbedaan kultur atau upaya mereka untuk menjaga identitas, tapi pada kebalikan fakta bahwa mereka semakin lama mirip kita,'' katanya. Bahwa, mereka mulai melihat standar barat.

Secara paradoks, kerendahan fundalisme teroris dinilai Zizek sebagai rasisme dari superioritas teroris sendiri. ''Siapapun yang tidak ingin dikritik terkait demokrasi liberal juga harus diam dalam fundamental kepercayaan atau agama,'' katanya mengutip perkataan Max Horkheimer tentang fasisme dan kapitalisme.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement