REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Pemimpin Redaksi majalah Charlie Hebdo, Gerard Biard, memberi keterangan mengenai kover majalahnya yang kontroversial karena kembali menggambarkan kartun Nabi Muhammad. Menurut dia, majalah Charlie Hebdo hanya menyindir tokoh agama tertentu ketika agama tersebut terjerat ke dalam dunia politik.
“Kami tidak menyerang agama, kami hanya melakukan sindiran politik,” kata Biard seperti dilansir NBC, Ahad (18/1).
Dia mengatakan, jika suatu kepercayaan telah terjerat politik, maka demokrasi dalam keadaan bahaya. Menurut Biard, meskipun Charlie Hebdo dianggap ateis, staf yang bekerja di dalamnya menganut dan mempraktikkan kepercayaan dan yang berbeda. “Kepercayaan tetap ada di dalam hati nurani mereka,” jelasnya.
Dia juga mengaku menjadi seorang penganut kepercayaan adalah pilihan pribadi, tidak ada orang lain yang dapat mempengaruhi. “Kami menghormati kehidupan pribadi seseorang selama individu tidak membawanya ke ranah publik,” ujar Biard.
Dia mengaku sedang dalam perjalanan ketika dua orang bersenjata menembaki stafnya dan polisi di kantor redaksi Charlie Hebdo di Paris pada 7 Januari lalu. Sejumlah staf yang selamat dalam serangan itu, kata dia, benar-benar tengah merasakan hal yang sulit.