REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Museum Rekor Indonesia (MURI) memeringati ulang tahun ke-25 dengan menggelar acara pekan pameran komik kreatif. Pameran ini dihelat di Mall of Indonesia, Jakarta, hingga 31 Januari mendatang.
Jaya Suprana, pendiri MURI, menjelaskan pameran komik ini hadir untuk mendorong para komikus di negeri ini terus berkarya. ''Pameran ini dihadirkan untuk mengapresiasi para komikus di Indonesia,'' katanya di Jakarta, Senin (26/1).
Saat ini, Jaya mengaku prihatin dengan menjamurnya komik-komik import yang kini menghiasi pasaran Indonesia. Padahal ia menilai, komik karya anak bangsa sangat bagus.
“Generasi muda sekarang lebih tahu komik luar, padahal komik tertua sesungguhnya ada di Indonesia, yakni yang terdapat dalam relief Candi Borobudur. Walau tanpa kata-kata, relief tersebut menggambarkan kisah yang luar biasa. Ini yang seharusnya membuat kita bangga,” katanya.
Jaya pun terkenang pengalamannya saat bersekolah di Jerman. Pada masa itu, ia sempat membawa komik Mahabharata karya R.A Kosasih. ''Orang di sana justru kagum terhadap keindahan isi komik tersebut,'' kata pria kelahiran 27 Januari 1949 ini.
Dalam pameran ini, MURI memberikan sejumlah penghargaan kepada komikus anak negeri. Piagam MURI ini diberikan kepada Hans Jaladara, pencipta tokoh komik Panji Tengkorak; Andi Wijaya (pendiri PT Bumi Langit, pemilik hak cipta penerbitan Si Buta dari Gua Hantu, Gundala); Marcellino Lefrandt (Pencipta komik Volt) serta Franki Indrasmoro alias Pepeng Naif (pencipta komik Setan Jalanan).