REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Martinus Sitompul membantah survei yang dikeluarkan lembaga riset The Economist Intelligence Unit, yang menyatakan bahwa Jakarta termasuk dalam kota paling tidak aman di dunia.
Martinus mempertanyakan indikator dari lembaga itu, yang memasukan Jakarta dalam kota paling tidak aman di dunia. Menurutnya kondisi keamanan Jakarta masih baik, hal itu terbukti masih banyak warga yang beraktifitas hingga malam hari.
"Namun sah-sah saja bila ada survei seperti itu, itu bisa jadi bahan masukan buat kami untuk lebih baik," katanya di Polda Metro Jaya, Kamis (29/1).
Ia mengatakan pihak Kepolisian akan terus berusaha untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat khusus di Jakarta dengan melakukan penindakan cepat terhadap pelaku tindak kejahatan.
"Kami akan terus memberikan rasa aman kepada masyarakat kapanpun itu," ucapnya.
Terkait keinginan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk bekerja sama dengan Polisi dengan menurunkan penembak jitu (sniper), Martinus masih perlu mengkaji hal tersebut. Menurut Martinus, tidak mudah begitu saja menerjunkan penembak jitu di lapangan.
"Kita tidak bisa sembarangan menempatkan sniper, kita lebih banyak melakukan upaya preventif dan pencegahan," jelasnya.
Soal kejahatan, Martinus menjelaskan kejahatan itu distimulasi dengan adanya niat dan kesempatan. Menurutnya bila kita dapat mengendalikan dan mempersempit kesempatan itu, niat untuk melakukan tindak kejahatan dapat diminimalisir.