REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tony Aprilani, satu dari sebelas nama bakal calon ketua umum PSSI pada Kongres Luar Biasa (KLB) 2015, memastikan tidak akan meneruskan niatnya untuk maju bersaing. Sejumlah alasan dikemukakan.
Dua di antaranya dia melihat kondisi sepak bola Indonesia yang masih belum kondusif pascatransisi. Menurutnya, iklim sepak bola tanah air yang penuh caci maki, membuat siapapun yang akan maju sebagai ketua umum, kudu punya mental baja.
"Lalu ketidakmampuan secara finansial, uang dari mana saya?" ujarnya saat dihubungi dari Jakrta, Rabu (4/1).
Mundurnya Tony, membuat bakal calon hanya tinggal diisi 10 nama, yakni Achsanul Qosasi, Bernhard Limbong, Erwin Dwi Budiawan, Subardi, Joko Driyono, La Nyalla Mattalitti, Muhammad Zein, Djohar Arifin, Sarman, dan Syarif Bastaman. Sepuluh nama itu akan diverifikasi oleh Komite Pemilihan (KP, hingga diumumkan secara resmi pada 18 Februari mendatang.
Mundurnya Tony dari pencalonan, membuat anggota Eksekutif PSSI itu mengisyaratkan bakal mengarahkan dukungan voters yang telah ia terima, kepada Djohar Arifin dan La Nyalla Mattaliti.
Seperti diketahui, Djohar Arifin dan La Nyalla merupakan dua sosok sentral di kepengurusan PSSI saat ini pada posisi ketua umum dan wakil. Pada kongres yang direncanakan bakal digelar April di Surabaya tersebut, duet itu bakal bertarung bersama delapan calon ketua umum PSSI lainnya yang telah didaftarkan.
"Ya, tentu akan dikonsolidasikan suara dukungan saya untuk satu di antara dua nama itu," ujarnya menegaskan.
Menurut mantan ketua Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) itu, dua nama itu merupakan sosok yang masih dibutuhkan PSSI saat ini.