Jumat 13 Feb 2015 14:20 WIB
Kongres Umat Islam Indonesia

PBNU: Ormas tidak Bisa Mengambil Kapasitas Negara

Rep: C14/ Red: Djibril Muhammad
Presiden Joko Widodo memberikan pidato saat menutup acara Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI 2015 di  Yogyakarta, Rabu (11/2).   (Antara/Noveradika)
Presiden Joko Widodo memberikan pidato saat menutup acara Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI 2015 di Yogyakarta, Rabu (11/2). (Antara/Noveradika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu rekomendasi Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) kepada pemerintah adalah terkait peran ekonomi umat Islam.

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu ormas peserta kongres, menyatakan siap dan akan selalu berkontribusi memajukan ekonom umat Islam, bersama-sama dengan ormas-ormas Islam lainnya.

Namun, kata Ketua PBNU, KH Maksum Machfoedz, peran ormas-ormas tidak akan bisa sama dengan peran negara, sehingga ormas hanya bisa sebatas melakukan pendampingan atau advokasi.

"Kita (ormas-ormas Islam) pasti tidak punya (kapasitas untuk menyediakan) subsidi pupuk, BBM (bahan bakar minyak), atau bantuan langsung benih unggul. Karena itu semua kapasitas negara. Kekuatan kita ialah kekuatan advokasi, yakni kepada pelaku usaha maupun terhadap pemerintah," terang KH Maksum Machfoedz saat dihubungi Republika, Jumat (13/2) di Jakarta.

Kiai Maksum mencontohkan, saat ini NU tengah menyiapkan antisipasi terhadap implementasi UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Hal itu agar masyarakat desa benar-benar sebagai subjek pembangunan di hadapan negara.

Bagi Kiai Maksum, advokasi semacam ini penting untuk diinisiasi dan dilakukan secara kompak bersama-sama oleh seluruh ormas Islam.

"Kenapa itu penting? Sebab, dengan fokus pada kedaulatan pangan, kita memberi kesempatan seluas-luasnya untuk masyarakat Muslim akar rumput di manapun mereka berada agar bangkit," ujarnya.

Kiai Maksum optimistis seluruh elemen umat Islam, terutama ormas-ormas, mampu menyinergikan program-program penguatan ekonomi pangan.

Program dari NU, misalnya, pengembangan hutan rakyat dan advokasi kepada stakeholders menyalurkan kredit lebih banyak dan mudah lagi kepada masyarakat kecil.

"Kami optimis sekali (sinergitas seluruh ormas Islam). Jadi, negara mesti diluruskan kiblat pembangunannya oleh ormas-ormas Islam. Jangan (negara) berfokus pada manufaktur terus, melainkan mulai sektor pangan," katanya menegaskan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement