REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PP Muhammadiyah bidang Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM), Said Tuhuleley, ormas-ormas Islam sejatinya begerak untuk kemaslahatan semua pihak, baik itu Muslim maupun non-Muslim. Said mencontohkan, apa yang antara lain dilakukan ormas-ormas besar Islam, termasuk Muhammadiyah.
"Misalnya, Muhammadiyah juga sudah masuk sampai ke Papua. Mendampingi penguatan ekonomi suku asli sana yang miskin sekali. Hingga perlahan mereka bisa hidup menetap dan punya budidaya pangan sendiri," ujar Said Tuhuleley saat dihubungi ROL, Jumat (13/2) di Jakarta.
Said melanjutkan, ini sejalan dengan azas pendirian Muhammadiyah, yakni membantu siapa saja, tanpa membedakan suku, bangsa, dan agama. Contohnya, ini diterapkan ketika MPM Muhammadiyah bekerja sama dengan partnership di Jakarta.
Saat itu, tutur Said, Muhammadiyah mencoba untuk mengikat kaum pendatang dan penghuni asli Papua. "Di sebuah desa bernama Warmonkokoda. Yakni, berupaya mengintegrasi antara penduduk asli dan penduduk pendatang. Jadi, kita mendampingi untuk perbaikan ekonomi dan juga integrasi sosial di sana," ujar Said.
Di samping itu, ada pula usaha pengembangan ekonomi di lingkungan Muhammadiyah. Jadi Muhammadiyah punya dua majelis yang berbeda. Ada Majelis Ekonomi, itu yang menggerakkan amal usaha milik Muhammadiyah sendiri. Ada juga MPM, yang menggerakkan usaha masyarakat.
Terakhir, Said menjelaskan, saat bertindak di lapangan, ormas Islam sejatinya mengutamakan kerja kemanusiaan, bukan hanya simbolis keislaman. "Sewaktu kami masuk ke lapangan-lapangan, itu kami bekerja untuk kebaikan bagi siapa saja, termasuk non-Muslim setempat," pungkas Said.