REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Perusahaan Listrik Negara (PLN) Distribusi Jawa Timur menunda penurunan tarif tenaga listrik (TTL) untuk pelanggan R-1/TR 1.300 VA dan R-1/TR 2.200 VA karena belum adanya kebijakan baru terhadap masyarakat kelistrikan di kategori tersebut.
"Kami menunggu kebijakan selanjutnya, semoga bisa terealisasi dalam waktu dekat. Walau begitu, kini kami sudah memberlakukan penurunan tarif listrik untuk beberapa golongan saja di Jatim," kata Deputi Manajer Komunikasi dan Bina Lingkungan PT PLN (Persero) Distribusi Jatim, Pinto Raharjo di Surabaya, Sabtu (14/2).
Menurut dia, sejumlah golongan pelanggan itu antara lain R-2/TR 3.500 VA - 5.500 VA, R-3/TR 6.600 VA ke atas, B-2/TR 6.600 VA-200 KVA, dan B-3/TM di atas 200 KVA. Selain itu, pelanggan listrik pada golongan B-3/TM di atas 200 KVA.
"Berikutnya, golongan B-4/TT 30.000 KVA ke atas, P-1/TR 6.600 VA-200 KVA, dan P-2/ TM di atas 200 KVA," ujarnya.
Penurunan tarif dasar listrik itu, jelas dia, dilaksanakan sesuai dikeluarkannya Surat Edaran Direksi Nomor 1100.K/DIR/2014 tentang Tata Cara Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (Tarif Adjustment). "Ketentuan penurunan tarif yang tertulis pada pasal lima itu diberlakukan mulai Februari 2015. Tarif bulan Januari lalu Rp1.496 per Kwh dan kini turun menjadi Rp1.468 per Kwh," tuturnya.
Meski demikian, tambah dia, hingga sekarang kondisi kelistrikan di Jawa Timur justru mencatatkan surplus mencapai 3 ribu MW. Bahkan performa yang baik di wilayah kerjanya tersebut sudah terlihat sejak tahun 2014.
"Beban puncak kelistrikan di Jatim pada tahun 2014 berada di posisi 4.995 MW sedangkan pasokan listriknya mencapai 8 ribu MW. Dengan adanya surplus energi, kami bisa menyalurkan listrik sampai ke Jawa Tengah dan Bali," ujarnya.
Mengenai total pelanggan listrik di Jatim, sebut dia, hingga saat ini jumlahnya sudah mencapai 8,4 juta pelanggan. Kalau tahun 2015, perusahaan pelat merah itu optimistis bisa mencatatkan jumlah pelanggan baru sebanyak 540 ribu.
"Akan tetapi, seluruh pelanggan baru itu sengaja kami fokuskan di daerah. Penyebabnya, pertumbuhan di area kota kurang baik," ucapnya.