REPUBLIKA.CO.ID, BUKIT TINGGI -- Sebanyak 16 Imigran asal Bangladesh yang diamankan Polres Pasaman dan kini dikarantina di Kantor Imigrasi Kelas II Bukit Tinggi, Sumatera Barat (Sumbar), mengaku menjadi korban penipuan. Selain ditelantarkan sampai di Indonesia, paspor mereka juga diambil oleh pihak yang berjanji mempekerjakan mereka.
Seorang imigran, Muhammad Sharif Hossaen mengatakan, mereka hanya diberi makan sekali sejak sampai di Indonesia pada Kamis (12/2), lalu. Pihak yang menjanjikan mereka pergi sebelum mereka diamankan pleh petugas keamanan pada Sabtu (14/2) malam.
"Kami dijanjikan bekerja di sini dengan upah 65-70 ringgit sehari dengan pekerjaan tukang las di kapal, maka kami ikut saja," katanya ketika ditemui di ruangan detensi Kantor Imigrasi Kelas II Bukittinggi.
Sebelumnya, dia dan temannya bekerja di Malaysia sebagai tukang dan buruh. Mereka datang dari Bangladesh sejak tiga tahun silam sebagai tenaga kerja resmi ke Malaysia. Dengan meninggalkan anak istri, mereka berharap bisa merubah nasib di negeri Jiran itu.
"Kami cuma ingin mencari kerja, kita tinggalkan anak dan istri di kampung, karena di kampung susah mencari uang, makanya kita kerja ke Malaysia," tuturnya.
Ia mengaku, pada Januari 2015 dihubungi oleh tiga orang pria dan seorang berkewarga negaraan Cina sebagai penghubung. Pada saat itu mereka dijanjikan akan bekerja di kapal dengan gaji 70 ringgit per hari. "Makanya kami menurut saja," katanya.
Sharif bersama temannya baru sadar mereka ditipu setelah paspor milik mereka diambil oleh orang yang mereka sebut Bos tersebut. Pelaku beralasan paspor mereka akan dikasih stempel imigrasi. Kini, Sharif bersama temannya hanya bisa pasrah dan tidak tahu harus bagaimana lagi. Mereka hanya menunggu proses pemeriksaan dan penyelidikan selesai dengan segera.