REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar usaha penjaminan syariah masih sangat terbuka dengan pemain yang masih sangat sedikit. Melihat peluang ini, PT Penjaminan Pembiayaan Askrindo Syariah menargetkan dana kelolaan bisa mencapai Rp 10 triliun pada 2015 ini.
Direktur Operasional Meivyta Husman mengatakan dana kelolaan Askrindo Syariah pada 2014 sudah Rp 3 triliun dan pada 2015 ditargetkan bisa meningkat menjadi Rp 10 triliun. Hingga akhir 2014, aset sudah lebih dari Rp 150 miliar, laba bersih lebih dari Rp 10 miliar dan pada 2015 laba bersih ditargetkan bisa meningkat menjadi Rp 25 miliar.
Sudah lebih dari 30 perusahaan syariah termasuk bank umum syariah dan unit usaha syariah yang sudah bekerja sama dengan berbagai produk yang mencapai sekitar 40 produk. membicarakan target, Askrindo Syariah berharap semua UUS, BMT, BPRS, dan KJKS bisa jadi mitra.
"Perusahaan pembiayaan baru akan mulai dijajaki. Karena struktur mitigasi risikonya berbeda," kata Meivyta usai Askrindo Syariah Society Gathering, Rabu (18/2).
Target 2015 portofolio penjaminan UKM bisa menjadi 70 persen dari 58 persen pada 2014. Sebab UKM memang jadi fokus jaminan Askrindo Syariah. Direktur Utama PT Askrindo, Antonius Chandra Satya Napitupulu mengatakan pelaku industri keuangan syariah banyak jumlahnya, tapi belum dikerjasamakan dengan penjaminan.
Asuransi dan penjamina penggunanya masih kecil, apalagi yang syariah. "Sebenarnya ini sinyal bahwa prospeknya masih besar," kata Antonius.
Asuransi dan penjaminan asing sudah masuk juga ke sektor pembiayaan mikro. Maka, kata Antonius, tidak perlu jauh-jauh dulu bagaimana mengejar pasar ASEAN, cukup jadi tuan rumah di negeri sendiri dulu. Tuntutan teknologi jadi keniscayaan masa depan. Askrindo terus mengembangakan itu apalagi targetnya ingin masuk masuk sektor mikro, dimana transportasi jadi masalah.