REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menyatakan rasa keprihatinan yang mendalam atas pembantaian yang terjadi di kota Khojali, Azerbaijan, oleh militer Armenia. PBB dan negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) harus turun tangan dan mendesak Armenia segera angkat kaki dari Khojali, wilayah Azerbaijan yang dicaplok Armenia.
Ungkapan keprihatinan itu disampaikan Hidayat saat menerima kunjungan Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia Tamerlan Karayev, akhir pekan lalu. “PBB, OKI, dan negara-negara Barat yang menjunjung tinggi kemanusiaan harus mendesak Armenia untuk mengakhiri pendudukannya di Khojali,” kata Hidayat dalam siaran persnya, Ahad (22/2).
Hidayat meminta pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan pembukaan kantor kedutaan besar Indonesia di Armenia. Hal ini, menurutnya, sejalan dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, yang menentang segala bentuk penjajahan di muka bumi.
Hidayat berjanji akan menyampaikan hal ini kepada Komisi I DPR. Ia akan memfasilitasi pertemuan antara Dubes Tamerlan Karayev dan Komisi I DPR setelah masa reses kedua selesai akhir Maret mendatang.
Dalam pertemuan itu Karayev menyampaikan kondisi terakhir di Khojali, yang sudah sejak 1992 direbut Armenia. Ribuan penduduk Khojali, terdiri dari anak-anak, perempuan, dan orang tua tewas sejak pendudukan Armenia. “Saat ini ada sekitar satu juta penduduk Khojali yang hidup di pengungsian,” ungkap Karayev.
Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Karayev meminta dukungan dan bantuan Indonesia untuk berbicara di fora-fora internasional agar pendudukan atas Khojali dapat segera diakhiri.
Karayev sempat menyinggung ihwal Deklarasi Palembang yang dikeluarkan pada konferensi parlemen negara-negara anggota OKI ke-7 di Pelembang, yang memberikan dukungan atas Azerbaijan untuk mendapatkan kembali daerah yang diduduki Amenia secara tidak sah.
Karayev mengucapkan terima kasih atas dukungan itu dan mengharapkan peran Indonesia yang lebih besar untuk mengakhiri pendudukan Armenia di Azrbaijan. “Sebagai negara demokrasi muslim yang besar, suara Indonesia akan didengar oleh negara-negara lain. Kami mengharapkan bantuan dari Indonesia,” ucap Karayev.