REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara International Islamic University Malaysia (IIUM) Tan Sri Prof Kamal Hasan mengatakan islamisasi ilmu pengetahuan bukanlah istilah baru, melainkan merupakan konsep yang sudah lama.
Sejak Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad membaca, maka sejak saat itulah islamisasi ilmu pengetahuan harus berjalan. Dengan ilmu dan agama, manusia harus menjadi hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
"Atas nama Tuhan yang menciptakan, islamisasi bisa memiliki beberapa makna, antara lain, amar makruf nahi mungkar. Seperti Muhammadiyah yang mengajak pada kebaikan dan meninggalkan keburukan," kata Kamal dalam seminar nasional Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan di Uhamka, Senin, (23/2).
Islamisasi, kata dia, tidak berarti menolak segala hal dari Barat. Akan tetapi menerima yang baik dari manapun dan menolak yang buruk.
"Kita boleh melakukan kerja sama dengan Barat, misalnya pengembangan teknologi demi kemajuan bangsa. Ini tidak apa-apa, asalkan tidak ada urusannya dengan akidah," ujar Kamal.
Dia menambahkan, asalkan halal tidak apa-apa diterima. Namun,hal yang haram jangan diterima. Proses ini dinamakan filtrasi.
Ada hal yang perlu ditolak pula dari Barat, misalnya atas nama demokrasi homoseksual diperbolehkan. Ini tidak boleh diterima umat Islam karena ini melanggar akidah.