REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka) Zamahsari mengatakan, pada masa kolonial Belanda terdapat dua model pendidikan. Yakni, pendidikan umum kolonial Belanda dan pesantren.
Pendidikan tersebut mengalami dikotomi, dimana pesantren dianggap tak modern sementara sekolah kolonial Belanda sangat sekuler.
Hal ini mendorong Kiai Haji Ahmad Dahlan berpikir untuk membuat alternatif di mana pendidikan dan agama saling melengkapi. "Dari ide itu sekolah Muhammadiyah lahir," kata Zamahsari, Senin, (23/2).
Sekolah Muhammadiyah didirikan untuk mendapatkan kemerdekaan yang seutuh-utuhnya. Selain mendapat pendidikan modern, bangsa Indonesia juga harus mendapat pendidikan agama.
Apalagi, ujar dia, dalam Islam tidak ada konflik agama dengan ilmu pengetahuan. Dalam Surat Al-Alaq disebutkan perintah Allah SWT kepada manusia untuk membaca, dalam arti belajar.
Uhamka selama ini sudah melakukan integrasi ilmu-ilmu agama dengan ilmu umum. Misalnya kajian psikologi barat dan kajian konsep psikologi dalam Islam.
"Tidak ada lagi pemisahan antara ilmu Islam dan barat karena pada hakekatnya dalam tauhid Islam kebenaran berasal dari Allah SWT," ujar dia.