REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pidato Perdana Menteri Benjamin Netanhayu di Kongres AS, Selasa (3/3) mendapat kritikan banyak dari berbagai pihak. Di Israel, pidato Netanhayu juga dikecam karena memecah publik Amerika dan meremehkan dukungan AS terhadap negara Yahudi tersebut.
Dengan pidatonya tersebut Netanyahu dipandang oleh banyak kalangan sebagai sandungan bagi perdamaian dengan Palestina dan negara Arab lainnya. Pihak gedung putih pun mengatakan khawatir jika Netanyahu terpilih kembali hanya akan menjadi racun bagi sisa dua tahun masa Obama.
"Netanyahu tetap sendirian dan Israel tetap terisolasi," kata pimpinan Ketua Partai Oposisi Israel, Issac Herzog dilansir dari AP.
"Oleh karena itu Pidato menyebabkan kerusakan dari tingkat keparahan hati dalam hubungan dengan Amerika Serikat dan hanya akan memperlebar keretakan dengan teman baik kami dan sekutu kami hanya strategis," kata dia.
Pernyataan Netanhayu juga bisa sangat bisa mempengaruhi konflik di Timur Tengah yang sudah berlangsung lama dan terus menerus, terutama konflik dengan Palestina, yang sebagian orang menganggap bahkan lebih penting daripada sifat kesepakatan di masa depan mengenai program nuklir Iran.
Iran dan kekuatan internasional seperti AS, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia dan China sedang melakukan pembicaraan intensif terkait program nuklir dengan Iran. Mereka telah menetapkan batas waktu akhir Maret untuk mencapai kesepakatan kerangka kerja dan Juni untuk penyelesaian akhir yang komprehensif.