REPUBLIKA.CO.ID, RIGA – Semua menteri luar negeri negara-negara anggota Uni Eropa (UE) berkumpul di ibukota Latvia, Riga, pada Sabtu (7/3). Mereka membahas kemungkinan gencatan senjata dalam konflik Ukraina.
Ini merupakan pertemuan yang digelar selama dua hari. Demikian dilansir VOA News.
Banyak di antara mereka yang optimis akan kelanjutan Perjanjian Minsk, yang berupaya melanggengkan penghentian baku tembak antara kelompok militan pro-Rusia dan pro-pemerintah Ukraina. Demikian pula, desakan untuk segera memberi sanksi yang lebih tegas kepada Rusia, bila negara itu sampai melanggar, kian mencuat.
Kepala Departemen Luar Negeri UE Federica Mogherini menegaskan, UE akan benar-benar keras terhadap segala perkembangan terakhir dari Rusia. “Namun di saat yang sama, kita tidak ingin bersikap konfrontatif terhadap Rusia,” kata dia, Sabtu (7/3).
Federica pun menyatakan, dialog diplomatis yang mengutamakan kerja sama dengan pecahan induk Uni Soviet itu akan tetap berlangsung. Meskipun demikian, pihak UE tidak menafikan, peningkatan tensi konflik di Ukraina. Terutama, yang belakangan terjadi di Kota Mariupol, tempat bertemunya dua kekuatan pro dan anti Rusia.
Sebelumnya, pada bulan lalu, kesepakatan gencatan senjata sudah tercapai. Namun, baik pihak pemerintah Ukraina di Kiev maupun pihak militan pro-Rusia saling menuding bahwa lawannya melanggar perjanjian di lapangan.
Sabtu (7/3) ini, juru bicara pihak militan pro-Rusia menyampaikan, telah menarik mundur persenjataan kelas berat dari garis depan. Ini sebagai upaya mematuhi Perjanjian Minsk.