Ahad 08 Mar 2015 22:09 WIB

Mengais Rezeki di Setiap Pengajian

Rep: c10/ Red: Damanhuri Zuhri
Pengajian, ilustrasi
Foto: Republika
Pengajian, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Buat Ikhsan, seorang pedagang kaus kaki, dirinya tidak pernah ketinggalan mendapatkan informasi mengenai acara pengajian. Di mana pun acaranya, asalkan acaranya pengajian yang banyak dikunjungi orang, pasti ia akan datangi.

Kaus kaki yang dijual Ikhsan bukan asal kaus kaki. Kualitas dan bahannya lumayan bagus. Tapi kaus kaki tersebut dijual dengan harga Rp 10 ribu per tiga pasang kaus kaki.

"Berjualan seperti ini sudah empat tahun lamanya, dari belum menikah sampai menikah dan punya anak satu," kata Ikhsan mengisahkan.

Bagi Ikhsan dan Aten, menjadi seorang pedagang keliling adalah hal yang selaras dengan hatinya. Pengajian dimulai dari pagi sampai tengah hari. Setelah pengajian selesai, mereka pulang ke rumah dan memiliki banyak waktu bersama keluarga.

"Meski kadang penghasilan tidak seberapa, tapi kami bebas karena bekerja tanpa tekanan seperti orang kantoran," kata Ikhsan sambari tertawa dan bercanda kepada rekannya yang sama-sama pedagang.

Namun, beberapa bulan terakhir para pedagang keliling penghasilannya menurun. Aten dan Ikhsan pun tidak mengetahui dengan pasti mengapa penghasilannya menurun.

Menurut mereka, para pedagang yang lain pun merasakan hal sama. "Para pedagang lain pun mengeluh karena sepi pembeli, hanya penjual batu akik saja yang tidak mengeluh," ujar Aten.

Saat sepi pembeli, Ikhsan mengaku paling hanya mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 50 ribu per hari.

Menurutnya, penghasilan sebesar itu masih cukup untuk menafkahi kelurganya. Begitu pun Aten, beberapa pekan terakhir ia sempat tidak mendapatkan sepeser pun dari hasil penjualannya.

Aten menjelaskan, bagi dia yang telah menjadi pedagang keliling selama satu dekade lebih, kejadian tersebut sudah tidak aneh lagi.

Berbeda bagi seeorang pemula yang tidak memiliki pengalaman pahit dan manisnya berdagang. Jika tidak mendapatkan sepeser pun dalam sehari, mereka pasti akan mengeluh dan jatuh mentalnya.

Menurut Aten, dalam berdagang juga ada ilmu ihklas. Hari ini ramai pembeli, besok bisa jadi sepi. Merupakan hal yang biasa naik turunnya omset pendapatan.

Yang Aten yakini, pasti ada rezeki dari Yang Maha Pengasih untuk ia dan keluarganya. Acara pengajian tetap menjadi pintu rezeki bagi Aten, Ikhsan dan rekan mereka yang lainnya sesama pedagang keliling.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement