REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Hotel-hotel dan penginapan di Pulau Dewata mulai ramai menawarkan harga khusus menginap dalam bentuk 'Paket Nyepi.' Hal ini untuk memfasilitasi wisatawan atau umat beragama non-Hindu yang berdomisili di Bali agar tetap bisa menjalankan aktivitasnya.
Hari Raya Nyepi umat Hindu Bali untuk Tahun Baru Saka 1937 jatuh pada 21 Maret 2015. Permintaan kamar menjelang Nyepi cukup tinggi. Warga Denpasar, Rafi Muhammad (28 tahun) mengaku sudah memesan kamar via online di Astana Kunti, Seminyak selama Nyepi berlangsung.
Rafi merogoh kocek hingga Rp 1,1 juta untuk menginap 20-22 Maret. "Harga paket Nyepi di hotel ini cukup murah, dibandingkan hari biasa yang bisa mencapai Rp 800 ribu per kamar per malam," kata Rafi kepada Republika, Selasa (10/3).
Rafi memilih menginap di hotel karena faktor kenyamanan dan keamanan. Di hotel, dirinya tetap bisa menjalankan aktivitas seperti biasa, seperti menyalakan televisi, laptop, lampu, memasak, dan lainnya.
Seminyak Lagoon Suite Hotel adalah penginapan lain yang menawarkan paket Nyepi untuk tiga hari dengan harga di bawah Rp 1,5 juta. Selain fasilitas kamar tipe deluxe dan superior, pengelola juga sudah menyediakan sarapan dan makan siang.
Seluruh lembaga penyiaran, baik itu televisi maupun radio di Bali juga akan berhenti sementara selama perayaan Nyepi. Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bidang Kelembagaan Provinsi Bali, I Nengah Muliarta mengatakan pemberhentian siaran ini juga bentuk upaya penghematan dan konservasi energi.
"Ini adalah bentuk komitmen bersama bahwa industri penyiaran juga industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," kata Muliarta.
Ketika Nyepi berlangsung, umat Hindu Bali akan melaksanakan tapa bratha penyepian. Ini adalah empat pantangan dan larangan, yaitu tidak melakukan kegiatan atau pekerjaan apapun (amati karya), tidak menyalakan lampu atau api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan), serta tidak mengadakan rekreasi, bersenang-senang atau huru-hara (amati lelanguan).