REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -– Sejak awal, tahun 2005 Masjid Jogokariyan Yogyakarta sudah mempunyai visi dan misi untuk menyejahterakan umat. Sudah ratusan orang terutama warga di Jogokariyan yang merasakan manfaat dari hasil kotak amal Masjid Jogokariyan.
‘’Hasil kotak amal Masjid Jogokariyan 100 persen dikembalikan untuk pelayanan masyarakat: kesehatan, beasiswa, keperluan pendidikan dan modal usaha masyarakat, terutama dari kalangan yang tidak mampu,’’kata Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta M.Jazir ASP, pada Republika, Selasa (10/3).
Setiap pekan hasil kotak amal Masjid Jogokariyan sekitar Rp 3 juta. Masyarakat yang tinggal di sekitar Masjid Jogokariyan sebanyak 907 Kepala Keluarga dan 280 KK diantaranya merupakan KK Miskin. Sudah ratusan siswa, ratusan orang sakit dan ratusan usaha yang dibantu dari hasil kotak amal masjid.
Saat ini diperkirakan sudah 100-an KK miskin yang bisa dientaskan. Rumah mereka sudah permanen, mereka yang dulu terjerat rentenir sekarang sudah dientaskan dari rentenir.
Besarnya bantuan yang diberikan tergantung keperluan. Dulu ada bantuan untuk biaya sekolah, membeli seragam sekolah, tetapi sekarang untuk anak sekolah sudah ada BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan untuk kesehatan sudah ada BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) .
Meskipun demikian tetap banyak masyarakat Jogokariyan yang harus dibantu dari kotak amal masjid, misalnya untuk cuci darah pemerintah hanya menanggung Rp 500 ribu, padahal untuk sekali cuci darah Rp 825 ribu.
''Padahal Setiap bulan harus 12 kali cuci darah. Sehingga kekurangannya dibantu dari kotak amal masjid Jogokariyan,'' jelas Jazid yang sebelumnya cukup lama menjadi Ketua Takmir Masjid Jogokariyan ini. Ada dua orang warga yang dibantu untuk biaya cuci darah.
Sekarang, kata Jazid, dari hasil kotak amal lebih difokuskan untuk bantuan modal usaha yang besarnya setiap orang/usaha sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 12,5 juta. Mereka bila sudah punya uang diminta untuk mengembalikan dengan cara diangsur.
Usaha yang dibantu macam-macam seperti usaha sablon, service elektronik, bengkel, warung makan, dan sebagainya. ''Kebanyakan mereka mengembalikan dana bantuan. Yang macet hanya sekitar 17 persen,'' jelas Jazid menambahkan.