REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BUMN yang bergerak di bidang pertambangan, PT Antam, Tbk belum melakukan lindung nilai atau hedging meski rupiah masih terpuruk. Corporate Secretary PT Antam, Tbk Tri Hartono mengatakan, dengan pelemahan rupiah justru Antam mendapat "gain" berkat komoditi Antam yang berorientasi ekspor.
"Kami belum lakukan hedging. Proporsi pendapatan dalam dolar AS yang didapat Antam sebesar 90-95 persen dari komponen transaksi. Sementara pengeluaran dalam dollar AS sekitar 30 persen dari komponen transaksi," jelas Tri kepada Republika Online, Kamis (12/3).
Tri juga menjelaskan, dampak depresiasi rupiah pasti akan sangat dirasakan oleh perusahan yang transaksinya banyak dengan dolar AS. Namun, lanjutnya, Antam yang justru lebih banyak ekspor komoditi tambang mendapat "gain" dari penguatan dolar AS ini.
"Ya yang jelas kalau produk Antam kan mayoritas kan ekspor. Artinya kalau dihubungkan dengan kurs yang melemah kan ada gain di kita. Karena produk kita kan orientasi ekspor," ujar Tri.
Namun, Tri menambahkan, Antam masih melakukan perhitungan terhadap transaksi yang menggunakan mata uang asing. Hal ini, menurutnya, untuk menentukan langkah lebih lanjut akibat pelemahan rupiah.
"Jadi secara makro kalau bicara rupiah melemah kita justru diuntungkan. Kita masih mencari berapa banyak komponen yang kami transaksi kan dengan dolar. Karena impact nya kan ada kalau itu," ujarnya.
Sebelumnya, pada awal Maret ini harga jual emas Antam naik Rp 2.000 per gram menjadi Rp 549.000 per gram dari harga sebelumnya Rp 547.000.