Rabu 18 Mar 2015 17:00 WIB

M Natsir, Negarawan Muslim Indonesia (2-habis)

Rep: c 24/ Red: Indah Wulandari
M Natsir
Foto: wikipedia
M Natsir

REPUBLIKA.CO.ID,Pemikiran Natsir dalam hubungan Islam dan negara di masa Orde Lama dipengaruhi oleh sosialisasi dan aktivitas politik yang dijalani oleh Natsir.

Keduanya membangun pemikirannya menjadi modera, dan unik dengan karakter keindonesiaan. Ketika politik aliran  begitu hidup dengan sejumlah benturan pemikiran dalam ruang-ruang polemik, pemikiran Natsir mengenai Islam dan negara justru semakin tegas.

Natsir telah memberikan pelajaran tentang ruh keislaman dalam kehidupan sehari-hari yang disebut Natsir dengan Islamisasi hayah, yakni menjadikan Islam sebagai jalan hidup dalam semua aspek kehidupan riil tanpa terkecuali dan menjadikan Islam sebagai solusi sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta menjadikan politik bagian dari perjuangan Islam di Indonesia.

Natsir tidak mentabukan Islam terjun di dunia politik karena, jika umat Islam “alergi” terhadap politik justru akan mejadi titik lemah mayoritas umat Islam di Indonesia. Jika hal itu terjadi umat Islam akan terpinggirkan dalam kancah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Interaksi politik yang dialami Natsir memberikan corak kuat dari ide-ide keagamaan Mohammad Natsir dalam membangun kekuatan politik di masa Orde Lama. Yang pertama, aktivitas Natsir sebagai Anggota Konstituante, Anggota Parlemen, sebagai Ketua Masyumi dan jabatannya sebagai Perdana Menteri.

Aktivitas politik Natsir di konstituante memperlihatkan bagaimana Natsir memperjuangkan Islam sebagai dasar Negara dengan mengemukakan sejumlah argumentasi yang rasional. Sedangkan ketika menjabat sebagai Ketua Masyumi, peran Natsir nyata terlihat dalam membesarkan dan menentukan arah partai.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement