Senin 23 Mar 2015 07:15 WIB

Demi Buktikan Sains, Ilmuwan Lakukan Hal Gila ini

Rep: c09/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilmuwan di sebuah laboratorium
Ilmuwan di sebuah laboratorium

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda mungkin berfikir ada beberapa hal yang mustahil dilakukan oleh manusia meski hal itu ada dalam ilmu pengetahuan. Namun, ada beberapa ilmuwan yang memutuskan untuk melakukan hal-hal gila demi membuktikan teori-teori sains.

Berikut adalah beberapa ilmuwan sepanjang sejarah yang berusaha membuktikan ilmu pengetahuan dengan melakukan percobaan tak masuk akal, seperti dilansir ideas.ted.com.

Ilmuwan pertama, John Paul Stapp, pada 1954 menjadi manusia tercepat di dunia setelah menaiki kereta luncur yang bergerak melebihi kecepatan peluru kaliber 45. Sebagai seorang ahli penerbangan selama Perang Dunia II, Stapp sangat tertarik pada efek deselerasi cepat pada tubuh manusia.

Ia kemudian menciptakan dan menaiki kereta luncur roket bertenaga tinggi untuk mempelajari dampak dari kecepatan supersonik pada tubuh manusia secara langsung. Dalam obituari 1999, New York Times menulis, Stapp meluncur dari posisi diam dengan kecepatan 632 km per jam.

Kereta luncur kemudian melambat dan berhenti dalam waktu 1,4 detik. Stapp saat itu mengalami tekanan 40 kali tarikan gravitasi. Meski demikian, penelitiannya menyebabkan kemajuan luar biasa dalam dunia transportasi, terutama dalam mempersiapkan astronot dalam perjalanan ke luar angkasa. 

Ilmuwan kedua, yaitu Barry Marshall. Ahli patologi Australia ini ingin membuktikan kerja bakteri penyebab bengkak tukak lambung. Pada musim panas 1984, ia memutuskan untuk menginfeksi diri sendiri dengan bakteri batch H. Pylori, setelah sebelumnya gagal melakukan percobaan pada tikus. 

Setelah lima hari, seperti yang diharapkannya, ia merasakan sakit yang luar biasa di perutnya. Penderitaannya membantu mengubah asumsi medis dan menemukan bahwa sakit itu dapat diobati dengan antibiotik. Atas penelitiannya, Marshall dianugerahi nobel kesehatan. 

Ilmuwan ketiga adalah Maurizio Montalbini, sosiolog yang menghabiskan waktu 210 hari sendirian di dalam gua. Pada 1986, ia tinggal di sebuah gua di Apennine Mountains, Italia untuk mempelajari efek isolasi pada otak manusia. 

"Montalbini menunjukkan bahwa jauh di dalam gua, manusia masih memiliki efek kosmos," kata Franz Halberg, profesor Kronobiologi.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement