Oleh: Ali Farkhan Tsani
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sebaik-baik pemimpin ialah yang kalian cintai, dan ia cinta kepada kalian, dan kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian." (HR Muslim).
Salah satu modal utama dalam memimpin adalah adanya rasa cinta terhadap yang dipimpinnya. Dalam istilah Arab, cinta dikatakan dengan mahabbah yang secara harfiah bermakna mencintai, mengasihi, menyayangi.
Cinta diwujudkan dari segala upaya memenuhi keperluan yang dicintainya, walaupun dengan mengorbankan keingingan dirinya.
Seorang ayah yang mencintai keluarganya, tentu ia akan berusaha memenuhi segala keperluan keluarganya. Begitupun seorang ibu, yang jauh memiliki cinta kasih sepanjang jalan.
Apalagi bila seorang pemimpin yang melingkupi umat atau rakyat yang banyak. Mulai dari pemimpin lembaga, organisasi, daerah, hingga pemimpin tertinggi di sebuah negara.
Rasulullah SAW memberikan teladan terbaik bagaimana sifat dan sikap seorang pemimpin dalam memimpin orang-orang banyak, yang beliau katakan sebagai penggembala umat.
Beliau bersabda, "Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah penggembala dan setiap kalian akan ditanya tentang gembalaannya, seorang yang memimpin manusia adalah penggembala dan dia akan ditanya tentang gembalaannya, seorang lelaki adalah penggembala atas keluarga rumahnya dan dia akan ditanya tentang mereka, dan orang perempuan adalah penggembala atas rumah serta anaknya suami dia akan ditanya tentang mereka." (HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).
Seorang penggembala yang baik, ia akan memperhatikan bagaimana gembalaannya mendapatkan air minum yang cukup, terarah menuju padang rumput yang hijau, dan terlindungi dari serangan serigala.
Semuanya itu dilakukan atas dasar cinta yang tulus, jiwa yang ikhlas, dan keinginan yang kuat bagaimana menyejahterakan gembalaannya.
Begitulah kecintaan Rasulullah SAW terhadap umatnya, yang Allah gambarkan dengan kalimat, "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan, sangat menginginkan (keinginan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS At-Taubah [9]: 128).
Sehingga dengan kecintaannya itu, gembalaannya pun memberikan tenaganya yang diperlukan, mengeluarkan air susu terbaik untuk diperah dan dijual oleh sang majikan, serta menyiapkan dagingnya untuk disembelih atau dikorbankan.
Dengan kecintaannya itu pula, ia mendoakan kebaikan bagi pimpinannya, yang telah menggembalanya menuju kesejahteraan.
Namun, sebaliknya, jika yang datang adalah cacian, umpatan, kecaman, kebencian, bahkan kutukan terhadap seorang pemimpin. Maka, itu menjadi koreksi dan introspeksi, jangan-jangan selama ini ia memimpin belum berdasarkan cinta yang tulus dan ikhlas karena Allah? Atau belum mampu menggembala umat dengan sebaik-baiknya?
Maka, hadis melanjutkan,"Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian." Na'udzubillaahi min dzalika.