REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Lee Kuan Yew telah tidak hanya dikenal sebagai politisi ulung bertangan besi yang mampu menyatukan Singapura. Lee juga tampil sebagai sosok pemimpin visioner yang mampu membangun negara kota itu menjadi salah satu pusat kekuatan ekonomi dunia.
Konsep pembangunan ekonomi Singapura, kata Lee, tidak ingin seperti negara-negara tetangganya. Singapura butuh model ekonomi baru yang berbeda dari yang biasa dipakai negara-negara lain mengingat tidak memiliki sumber daya alam.
"Kami tahu jika kami (menerapkan model ekonomi) seperti tetangga-tetangga kami, kami akan karam," kata Lee dalam wawancara dengan New York Times pada 2007 lalu.
Lee menegaskan Singapura harus memproduksi sesuatu yang berbeda dan lebih baik dari yang dimiliki negara-negara tetangga.
Tak heran jika negara pelabuhan itu kini memiliki ratusan kilang pengolahan, memproduksi sumber air sendiri, menjadi pusat keuangan global, hingga menjadi eksportir besar baik untuk barang dan jasa.
Lee bukan seorang ekonomi karena dia kuliah di Universitas Cambridge mengambil jurusan hukum. Ia mengundang investor Wall Street untuk masuk ke Singapura membangun pasar keuangan yang maju dan dinamis.