REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Departemen Dakwah PP Persaudaraan Muslimah (Salimah), Ustazah Ika Abriastuti mengatakan, situs-situs Islam itu isinya hanyalah kisah-kisah Alquran, Hadis, kisah-kisah Nabi, dan nasehat dalam Islam. Situs itu bersifat umum dan tak ada upaya mendorong pembaca melakukan tindakan radikal.
"Mengajak orang ke masjid, sholat jamaah itu merupakan kegiatan amar makruf nahi mungkar karena Allah akan meminta petangungjawaban manusia terhadap hal itu. Lihat kemungkaran tidak boleh diam harus menasehati, situs-situs Islam isinya kebanyak seperti itu, bukan radikal," kata Ika, Selasa (31/3).
Menurut dia, seharusnya pemerintah memanggil pengelola situs-situs Islam terlebih dahulu sebelum membuat keputusan. Kalau langsung ditutup, masyarakat yang terbiasa mencari informasi dari situs-situs itu akan merasakan dampaknya.
"Panggil dulu para pengelolanya. Lalu diminta keterangan soal situsnya, jangan menutup situs tanpa ada bukti kalau situs tersebut mendorong gerakan radikal, itu tidak adil," kata Ika.
Ika mengatakan, dalam Islam, melawan kemungkaran yang paling ringan adalah menolak dengan hati nurani. "Ibarat orang tak punya kekuasaan, dan suara, setidaknya kalau diajak berbuat maksiat, menolak dengan hati."
Dia juga mengatakan, pemerintah harus menjelaskan tulisan seperti apa yang disebut radikal. Seperti melarang anak melakukan sesuatu, harus ada penjelasannya, tidak boleh melarang begitu saja. "Pemerintah terlalu intervensi dengan mengurusi situs-situs Islam. Harus ada bukti yang kuat secara hukum untuk menutup sebuah situs, jangan asal tutup begitu saja."
Seharusnya, ujar Ika, pemerintah dalam menggunakan kekuasaan bersikap lebih bijak. Dia meminta situs-situs yang sebenarnya tidak membahayakan ini tidak ditutup begitu saja.