REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri Indonesia menyiapkan upaya penjemputan warga negara Indonesia di Yaman untuk menghindari jatuhnya korban.
"Kami sudah susun skenario dan akan menggunakan satu pesawat saja untuk mengeluarkan WNI dari wilayah yang tidak aman. Setelah di wilayah Oman, kami akan atur pemulangannya kemudian melalui komersial flight," kata Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal di Jakarta, Selasa (31/3).
Menurut Iqbal, skenario awal pemerintah Indonesia adalah menjemput WNI di Sana'a. Namun karena landasan pacu di bandara di Sana'a tidak memungkinkan, maka pemerintah memindahkan penjemputan ke daerah Al-Hudaidah.
Kemlu pada Selasa siang membahas tentang pemindahan WNI yang berkumpul di daerah Al-Hudaidah untuk diberangkatkan ke Negara Oman dan dilanjutkan ke Tanah Air. Iqbal mengatakan situasi keamanan di daerah Hadrahmaut lebih stabil dibandingkan wilayah lain di Yaman.
"Daerah Hadrahmaut ini lebih stabil. Kami dorong semua ke teman-teman untuk pulang ke Indonesia dan akan kami fasilitasi," kata Iqbal.
Kendati demikian, Kemlu tidak bisa memaksakan keinginan WNI yang berada di sana untuk kembali ke Tanah Air. "Tugas KBRI adalah memberi tahu resiko dan menawarkan evakuasi," kata Direktur.
Iqbal menambahkan ada sekitar 230 WNI yang berada di Al-Hudaidah dimana 130 merupakan rombongan yang berasal dari Sana'a dan sisanya berasal dari kota-kota di sekitar Al-Hudaidah.
"Mudah-mudahan 230 akan dievakuasi selanjutnya. Tapi ini belum menghitung jumlah evakuasi tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor minyak dan gas yang sudah dievakuasi oleh perusahaan masing-masing," jelas Direktur.
Rencananya, Kemlu akan bekerja sama dengan TNI AU untuk menggunakan pesawat Boeing-737 untuk melakukan pemindahan dari Al-Hudaidah menuju ke Oman.