REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menyatakan kemarahannya atas kampanye anti Rusia oleh media Amerika Serikat dan analis politik. Hal ini meningkatkan perang kata-kata selama krisis Ukraina.
Hubungan antara Moskow dan Washington telah tenggelam ke level terendah sejak Perang Dingin atas krisis di Ukraina dan masing-masing pihak menuduh yang lain mengobarkan perang informasi.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, propaganda dilakukan atas perintah dari Washington. Mereka membangun citra Rusia sebagai musuh dan menanamkan kebencian terhadap Rusia pada orang-orang biasa.
Barat menuduh Rusia mendukung separatis di timur Ukraina dengan menyediakan senjata dan tentara. Sedangkan Rusia mengatakan bila Barat hanya ingin menggulingkan presiden yang didukung Moskow di Kiev tahun lalu. Namun keduanya saling membatah tuduhan tersebut.
Washington memberlakukan sanksi terhadap Moskow setelah mencaplok Laut Hitam di semenanjung Krimea dari Ukraina pada Maret tahun lalu. Lalu pemberontakan separatis dimulai di Ukraina timur pada bulan berikutnya.
Dua kekuatan nuklir dan anggota hak veto Dewan Keamanan PBB ini juga berselisih atas banyak hal internasional lainnya. Berbeda pula dalam hal hak asasi manusia dan isu-isu demokrasi.