REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH dan SDA) Majelis Ulama Indonesia mengimbau agar seluruh ormas Islam bersatu dalam semangat melestarikan alam. Hal ini dibutuhkan untuk menciptakan gerakan yang terpadu.
Kepala LPLH dan SDA MUI Hayyu Prabowo menyatakan, lembaga lingkungan hidup bentukan ormas Islam sudah banyak. Namun, masing-masing lembaga saat ini masih bergerak sendiri-sendiri dan belum terfokus pada suatu masalah. "Gerakan saat ini belum terpadu. MUI, NU, Muhammadiyah masing-masing punya lembaga lingkungan hidup," ujar Hayyu kepada ROL, Senin (6/4).
Hayyu mengaku kini pihaknya tengah berupaya untuk menyatukan seluruh pihak sehingga bisa lebih sinergis.
Selama ini pihaknya juga sudah bekerjasama dengan aktivis lingkungan hidup seperti WWF.
Ia mengaku, pihaknya saat ini lebih menekankan pada tahap sosialisasi ke masyarakat. Contohnya, sosialisasi fatwa satwa langka yang beberap waktu lalu telah dilakukan. Hayyu mengaku, sebelum terjun ke masyarakat MUI bermisi menggandeng ulama lebih dahulu. Ini untuk menyamakan pandangan bahwa manusia berperan penting dalam menjaga kelestarian alam.
Dalam mengedukasi masyarakat terdapat banyak pendekatan. Hayyu menyebut salah satu yang tengah dilakukan pihaknya adalah program penyuluhan berwudhu. Hayyu menyatakan, kebutuhan air wudhu dan toilet di suatu masjid tidak boleh boros.
Saat ini, kata Hayyu, kebanyakan masjid menggunakan air ledeng. Padahal, menurut Hayyu, untuk berwudhu tidak perlu menggunakan air berkualitas konsumsi. "Kalau bisa kebutuhan wudhu dan toilet menggunakan air yg berasal dari tampungan hujan," ujarnya.
Hayyu mengaku sejumlah isu lingkungan tak bisa lepas dari ketentraman hidup masyarakat. Ia mencontohkan di Jakarta, isu sungai merupakan masalah yang paling mendasar. Menurutnya, indikator kebersihan kota dapat dilihat dari sungai. Jakarta saat ini menghadapi masalah serius dalam penanganan sungai. "Sungai yang semestinya jadi sumber kehidupan kini justru jadi sumber bencana karena banjir," ujar Hayyu.