REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sebanyak 89 mahasiswa WNI yang berada di asrama Arbithah Attarbiyyah Al Islamiyyah Wamarookizuhaa Atta'limiyyah batal meninggalkan Crytar, Aden, Yaman. Mereka gagal berangkat karena ketika sampai di pelabuhan, Selasa (7/4) malam waktu setempat terpaksa harus kembali karena situasi masih belum aman
Salah satu mahasiswa asal Indonesia yang menuntut ilmu di Al Baihani Republik Yaman asal Kabupaten Solok, Sumatra Barat (Sumbar), Abdurrahman Halim menuturkan, dirinya bersama 89 WNI lainnya telah tiba dipelabuhan menggunakan tiga bus. Sebab, diperkirakan ada kapal dari Djibouti yang datang pukul 22.00 waktu Yaman.
"Tadi kami sudah di pelabuhan, tapi kata warga di situ, setiap malam ada konflik, dan kami tidak aman untuk menunggangi kapal. Kemarin katanya, ada cewek yang ke pelabuhan itu, dan akhirnya syahid karena ditembak," tulis Halim melalui pesan singkat kepada Republika, Selasa (7/4) malam.
Dikatakannya, awalnya Halim bersama rekan-rekannya diminta memilih, berangkat ke pelabuhan Selasa sore waktu Yaman atau Rabu, (8/4). "Akhirnya kami putuskan untuk berangkat, karena kami memang ingin pulang, gak tahan lagi di sini, dan ternyata, sampai di pelabuhan kami disuruh pulang (ke asrama)," tutur Halim.
Ia menjelaskan, dalam perjalanan menuju ke pelabuhan, dirinya dikawal oleh pimpinan perjalanan yang tidak lain adalah warga Arab. Selain itu, sejumlah aparat bersenjata juga turut serta melindungi para mahasiswa WNI ini sampai ke pelabuhan.
Dari asrama menuju pelabuhan, kata Halim, membutuhkan waktu 15 - 20 menit. Ia mengisahkan, banyak bangunan seperti mall yang terbakar akibat gencatan senjata.