Kamis 16 Apr 2015 10:13 WIB

Warga Jindo Ingin Segera Lupakan Tragedi Kapal Sewol

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Indah Wulandari
Anggota keluarga korban tragedi feri Sewol berdoa sambil menunggu kabar di Jindo, Selasa (22/4)
Foto: AP
Anggota keluarga korban tragedi feri Sewol berdoa sambil menunggu kabar di Jindo, Selasa (22/4)

REPUBLIKA.CO.ID,JINDO -- Sempat dipenuhi pita kuning setahun lalu, warga di sekitar Pelabuhan Paengmok, Jindo, Provinsi Jeolla Selatan ingin kehidupan mereka membaik kendati bayangan tragedi tenggelamnya ferry Sewol setahun lalu masih membayangi.

Salah seorang pemilik restoran makanan laut di Pelabuhan Paengmok, Hwang Mi-sun mengatakan, orang-orang datang ke sana pasti diliputi prihatin melihat sisa-sisa pita kuning.

Diakui Hwang, jumlah kunjungan turis jadi berkurang setelah kejadian memilukan itu. ''Kami bisa tahu dari jumlah bus yang diparkir, jumlahnya berkurang setengah dari sebelum kejadian Sewol,'' kata Hwang seperti dikutip Korea Times, Rabu (15/4).

Pemilik penyewaan kapal di Jindo, Park Seung-il juga mengaku, banyak pemilik kapal lain yang memindahkan bisnis mereka ke wilayah pesisir lainnya. Menurutnya, tak ada yang bisa dilakukan warga lokal selain melanjutkan hidup.

Untuk menggerakkan kembali ekonomi wilayah Jindo, Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan kompensasi kepada warga dan nelayan Jindo.

''Sebelum memberi kompensasi, kami perlu mengumpulkan bukti dan data turunnya bisnis warga. Kami harap Tunjangan Khusus Sewol ini akan diberikan kepada perseorangan yang memenuhi kriteria,'' demikian disampaikan Kementerian Kelautan dan Perikanan Korea Selatan.

Aplikasi untuk kompensasi ini bisa mulai dikumpulkan pada 20 April hingga 15 Mei mendatang. Akan ada proses evaluasi dan verifikasi antara 120-150 hari sebelum pemerintah memberi konfirmasi.

Seorang pemilik bisnis kecil di Jindo bermarga Park mengatakan, syarat yang diajukan pemerintah terlalu sulit karena mensyaratkan aneka bukti pembayaran.

''Pembayaran kami semuanya tunai, tidak sempat meminta bukti bayar atau semacamnya,'' kata dia.

Adalah tabu bagi warga Jindo untuk mengeluh atas musibah yang mereka hadapi. Warga hanya berharap segala pernak-pernik yang hanya mengingatkan pada kesedihan dihilangkan saja karena tanpa itu pun warga tetap merasakan pilu setiap hari.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement