REPUBLIKA.CO.ID, TUBAN -- Ketidakjelasan kompetisi sepak bola di Indonesia membuat pemain Bali United Pusam, Bayu Gatra, merasa khawatir dengan masa depannya. Hal ini terjadi setelah beberapa kali Indonesia Super League (ISL) terhenti. Kemudian dilengkapi dengan pembekuan PSSI oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga (kemenpora) pada Sabtu (18/4).
"Terus terang, akhir-akhir saya khawatir dengan masa depan. Jika FIFA benar-benar menjatuhi sanksi pada Indonesia. Secara tidak langsung kompetisi yang sudah semakin tak jelas ini bakal mati suri, kalau begini saya mau cari uang darimana? Apalagi saya orang dari kampung, penghasilan saya cuma dari main bola," keluh penggawa Tim Nasional Indonesia U-23, Bayu Gatra, saat dihubungi melalui seluler, Senin (20/4).
Gatra menambahkan, seharusnya baik Kemenpora maupun PSSI melihat orang-orang di bawahnya. Jika kompetisi ini terhenti akibat sanksi yang dijatuhkan FIFA, bakal banyak ratusan pemain yang menganggur termasuk dirinya. Sejatinya para pemain hanya menginginkan kompetisi berjalan, gaji lancar, dan juga sepak bola Indonesia menjadi lebih baik.
Tidak hanya pemain dan klub yang bakal kehilangan mata pencarian, ada banyak pihak yang menjadi korban akibat pertikaian Kemenpora dan PSSI, seperti pedagang dan pengusaha marchandise. Bayu mengharapkan kedua lembaga tersebut menemukan solusi terbaik untuk PSSI dan juga Kemenpora.