REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Meski telah rusak akibat gempa, Pemerintah Nepal mengatakan pihaknya belum menutup rute Everest untuk pendaki hingga Selasa (5/5). Setidaknya ada 18 orang tewas di Everest saat gempa terjadi.
Masing-masing pendaki membayar 11.000 dollar untuk mendaki Everest. Tercatat ada 357 pendaki yang terdaftar untuk musim pendakian ini.
Tahun lalu, pemerintah memperpanjang izin pendakian melewati jalur Everest. Izin tersebut keluar setelah terjadi longsor salju yang menewaskan 16 pemandu gunung (sherpa).
Sebuah sumber dari Uni Eropa mengatakan ada 60 warga dari 28 negara yang belum ditemukan hingga Selasa. Sebelumnya, pada pekan lalu seorang pejabat senior Uni Eropa memperkirakan sekitar 1.000 warga negara Uni Eropa yang hilang setelah gempa.
Jumlah itu semakin menurun setelah tim penyelamat menjangkau daerah-daerah terpencil. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Nepal, Laxmi Prasad Dhakal, mengatakan pemerintah telah diberitahu ada 318 orang hilang. Jumlah itu termasuk orang asing. Namun, diperkirakan masih ada korban yang terkubur di bawah longsoran atau di bawah rumah mereka.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, mengatakan helikopter yang disewa oleh kedutaan di Kathmandu telah menyelamatkan 17 warganya. Amerika Serikat telah menyumbang 14.200.000 dollar untuk bantuan kemanusiaan.
PBB mengatakan ada delapan juta warga Nepal dan 28 juta orang terkena dampak gempa. Setidaknya, terdapat dua juta tenda yang membutuhkan, air, makanan dan obat-obatan selama tiga bulan ke depan. Dana Anak-anak PBB mengatakan lebih dari setengah juta anak-anak yang harus divaksinasi untuk mencegah wabah campak. Sekitar 1,7 juta anak-anak tetap membutuhkan bantuan kemanusiaan di daerah yang paling parah terdampak gempa.