REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS -- Pamela Geller menggelar acara kebebasan berkespresi dengan salah satunya kontes menggambar nabi Muhammad di Texas, Ahad (3/4). Acara yang menewaskan dua warga itu disebut-sebut sebagai aksi solidaritas atas penembakan yang terjadi di kantor majalah Charlie Hebdo, Januari silam. Kendati demikian, Majalah satir itu justru tak mendukung gagasan provokatif tersebut.
Editor in Chief Charlie Hebdo, Gerard Biard dan kritikus film Jean-Baptiste Thoret justru menjauhkan diri dari pameran kartun dan sang penggagas, Pamela Geller. Menurut mereka, acara menggambar nabi Muhammad hanya bertujuan untuk memprovokasi.
"Membandingkan Pamela Geller dan Charlie Hebdo adalah omong kosong," kata Thoret dalam satu diskusi di Amerika Serikat, Rabu (6/5) dilansir New York Magz.
"Yang dilakukan Pamela murni sebuah gerakan anti-Islam, dan dia mengatakan itu sebuah gerakan anti-Islam, melawan apa yang disebut Islamisasi di AS. Mungkin hanya ada satu kesamaan: Anda tidak bisa main-main dengan Texas," ujarnya.
Sementara itu Gerard Biard melontarkan anggapan senada. Ia jelas menegaskan perbedaan yang sangat jauh antara Charlie Hebdo dan Kontes Menggambar nabi Muhammad.
"Menggambar nabi Muhammad adalah sebuah obsesi ... obsesi kepada Islam. Sedang Kami tidak memiliki obsesi. Kami hanya terobsesi oleh berita dan fenomena dunia yang sedang terjadi. Bedanya dengan Pamela Geller, ia terobsesi dengan Islam. Dia menunggu setiap pagi dan berpikir, apa yang bisa saya lakukan hari ini untuk menentang orang-orang ini?," kata Biard.