REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat mendesak semua pihak di Burundi mengakhiri kerusuhan dan menahan diri terkait laporan mengenai kudeta, Rabu (13/5).
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Jeffrey Rathke mengatakan Amerika Serikat mengamati secara seksama dan dengan keprihatinan besar atas situasi di negara Afrika tersebut.
Mayor Jenderal Godefroid Niyombare mengumumkan pembubaran pemerintah melalui siaran radio. Namun, Presiden Pierre Nkurunziza menyatakan kudeta telah digagalkan dan situasi terkendali.
Rathke mengatakan AS masih mengakui Nkurunziza sebagai Presiden Burundi.
Upaya kudeta tersebut dilakukan saat Nkurunziza berada di Tanzania untuk mengikuti pertemuan tingkat tinggi yang membahas konflik di Burundi.
Kerusuhan pecah di Burundi antara pendukung Nkurunziza dan masyarakat yang menentang ia mencalonkan diri kembali untuk ketiga kalinya.