REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pemimpin junta Prayuth Chan-ocha menolak ide membuat kamp sementara bagi para imigran, Kamis (14/5).
Namun, kamp semacam itu tidak akan populer karena warga Thailand khawatir negara mereka akan semakin menarik bagi para imigran dari negara-negara tetangga yang lebih miskin.
Pihak berwajib berupaya keras menunjukkan keseriusan Thailand mengatasi masalah penyelundupan manusia setelah bertahun-tahun mereka dituding menutup mata.
Thailand bahkan dituding terlibat dalam praktik perdagangan tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, puluhan ribu Muslim Rohingya melintasi lautan dari Myanmar menuju Thailand selatan, Malaysia dan beberapa negara lain.
Banyak di antara mereka yang mati di laut, namun perjalanan sejumlah besar imigran lain berakhir di kamp-kamp terpencil di sepanjang Thailand selatan.