Rabu 20 May 2015 00:15 WIB

Terminal Teluk Lamong Diyakini Bisa Tekan Dwelling Time

Rep: C84/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
  Pemotretan dari udara kondisi Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jumat (14/11). (Antara/Eric Ireng)
Pemotretan dari udara kondisi Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jumat (14/11). (Antara/Eric Ireng)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Djarwo Sujanto berharap keberadaan Terminal Teluk Lamong (TTL), Surabaya dapat menjadi solusi mengatasi permasalahan Dwelling Time atau waktu tunggu bongkar muat yang selama ini kerap dikeluhkan para pelaku usaha.

Menurutnya, keyakinannya didasarkan pada kapasitas yang terpasang di pelabuhan tersebut yang sudah mencapai satu juta TEUs atau peti kemas dengan ukuran 20 kaki per tahun dalam pembangunan tahap I.

"Peralatannya sudah kita pesan dan akan datang. Tahun depan kita sudah ada tambahan lagi. Tiga sisi internasional dan dua sisi domestik. Sisi itu STS (Ship to Shore) ya. Nanti komposisinya lima internasional dan lima domestik," ujar Djarwo di Kantor Kemenhub, Jalan Merdeka Barat, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (19/5).

Ia meyakini, dengan tambahan peralatan tersebut, waktu tunggu bongkar muat di Terminal Teluk Lamong diharapkan bisa sesuai dengan target pemerintah yang mematok angka 4,7 hari untuk jalur internasional.

"Kita minimum harus penuhi target pemerintah, tapi kan kita di Teluk Lamong semua serba otomatis yah, semua serba elektronik enggak ada 'cingcai-cingcai' lah, kan enggak ketemu orang, nanti akan ketahuan siapa yang tidak perform," lanjut Djarwo.

Meski begitu, ia menambahkan untuk saat ini Terminal Teluk Lamong belum layani  operasional trafik untuk internasional, melainkan masih sebatas operasional trafik untuk domestik saja.

"Begini, Tanjung Perak, pelayanan internasionalnya masih oke. Artinya, fasilitasnya masih cukup tersedia. Yang setengah mati itu di kelas domestik yang kemarin sebelum Teluk Lamong jadi waktu tunggunya 1,5 sampai 2 hari. Setelah Teluk Lamong jadi, sudah mulai terurai," sambungnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement