REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pemerintah Yaman meminta Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan Houthi dan menyerahkan senjata mereka, Selasa (19/5). Utusan PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan Houthi telah berjanji akan menghadiri pembicaraan di Jenewa pada akhir Mei.
Ia berharap Houthi dan Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi dapat bernegosiasi untuk mengakhiri perang. Wakil Presiden Yaman Khaled Bahah mengatakan tidak berpikir untuk duduk bersama dengan Houthi jika resolusi Dewan Keamanan PBB tidak dipenuhi.
"Ini harus dilaksanakan sebagai pertanda hubungan baik," katanya saat konferensi di Riyadh.
Konferensi di Riyadh selama tiga hari dengan partai politik Yaman tidak menyebutkan pembicaraan damai. Mereka justru meminta bantuan militer bagi negara yang melawan Houthi. Mengutip Al Jazirah, hasil pertemuan di Riyadh juga menyepakati dukungan bersama untuk Presiden Hadi. Mereka juga meminta Koalisi negara Arab untuk mengamankan kontrol Houthi atas kota-kota di Yaman.
"Ini akan membuka jalan dan memiliki dasar yang kuat untuk menyelesaikan semua masalah," ujar Hadi di akhir konferensi.
Hadi juga mengatakan saat konferensi Houthi telah gagal memenuhi aturan saat jeda kemanusiaan dalam pertempuran. Houthi telah salah mengartikan gencatan senjata. Sehingga merka terus menerus melakukan pelanggaran dan masih melakukan pembunuhan, penghancuran bahkan mencegah pengiriman bantuan pada warga Yaman.
Houthi juga telah memboikot KTT Riyadh. Mereka juga tidak menghadiri pembicaraan karena lokasi pertemuan adalah negara yang menyerangnya. Dilansir dari Al Arabiya, Konferensi di Jenewa akan berlangsung pada Kamis (28/5).
Pertemuan ini diharapkan dapat mempertemukan kedua belah pihak yang berkonflik dan melakukan pembicaraan damai. Perdana Menteri Yaman Khaled Bahah akan menjadi perwakilan pemerintahan. Hadi berencana tidak akan menghadiri konferensi namun Sekjen PBB Ban Ki moon dijadwalkan akan memberikan pidato pembukaan.