REPUBLIKA.CO.ID, YORDANIA-- Pangeran Ali bin Hussein dari Yordania akan menjadi pesaing Sepp Blater dalam memperebutkan kursi utama presiden FIFA. Blater yang telah bertahan sebagai presiden FIFA seusai 1998 mendapat tantangan berat kali ini.
Pangeran Ali merupakan eks pejabat tinggi militer Yordania yang saat ini menjabat wakil presiden FIFA sejak 2011. Dalam kasus korupsi yang kini membekap FIFA, ia menawarkan diri untuk membongkar segalanya. "Kita tidak bisa berlanjut kalau krisis ini masih melanda FIFA," kata mantan pegulat ini seperti dikutip dari AFP.
Ali yang usianya mendekati 40 tahun ini juga merupakan anak dari raja Hussain dari Yordania. Hanya dirinya lah yang berani mencalonkan diri menantang Blater. Sebab, Blater sudah empat kali menjadi presiden FIFA dan dinilai memiliki pengaruh kuat. Ia menolak tegas pencalonan Blater untuk yang kelima kalinya.
"FIFA butuh kepemimpinan yang mampu mengarahkan dan menjaga sepakbola di dunia," ungkapnya.
Alhasil, kasus korupsi FIFA pun mencuat guna mengguncang ketenangan Blater. Belum lama ini sejumlah pejabat Tinggi FIFA tertangkap akibat kasus suap dan pemerasan. "Seluruh keluarga dalam sepakbola seperti sponsor, penggemar, dan pemain punya hak untuk mengetahui laporan (kasus korupsi) demi asas transparansi," jelasnya.
Perlu diketahui, dalam Kongres FIFA yang sebenarnya ingin digelar di Zurich, pangeran Ali memperoleh sejumlah dukungan dari 209 anggota asosiasi FIFA. Diprediksi ia akan mendapat banyak dukungan dari Eropa. Sedangkan Blater memiliki pengaruh kuat dari Afrika, Amerika Latin dan Asia.
Pangeran Ali sejatinya berpendidikan tinggi di Salisbury, Amerika Serikat pada 1993. Ia memiliki karir dalam beberapa cabang olahraga namun gulat lah yang paling menonjol. Bahkan ia pernah memperoleh medali dari Brunei ketika masih remaja sekaligus medali dari kerajaan Inggris, Prancis dan Jepang turut meramaikan koleksinya.
"Saya ingin turut campur (dalam FIFA) membuat perubahan yang dibutuhkan dan setelah itu saya akan keluar," tuturnya.