Sabtu 30 May 2015 10:37 WIB

Cina Kerahkan Dua Artileri di Laut Cina Selatan

Rep: c07/ Red: Satya Festiani
Kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan.
Foto: AP
Kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat pertahanan AS mengatakan Cina baru saja mengerahkan dua artileri di salah satu pulau buatan yang masih dalam sengketa di Laut Cina Selatan. Langkah tersebut semakin meningkatkan kecurigaan terhadap  niat dari pemerintah China.

Dari citra pengawasan, kedua artileri itu terlihat di sebuah pulau buatan manusia sekitar sebulan yang lalu di Kepulauan Spratly. Ini adalah pertama kalinya bahwa Cina telah dituduh menyebarkan artileri atau persenjataan lainnya di pulau-pulau buatan manusia mereka di daerah.

"Kami dapat mengkonfirmasi kami telah mengidentifikasi beberapa senjata di salah satu pulau Cina ini direklamasi," kata juru bicara Pentagon Kolonel Steven Warren seperti dikutip di Channel News Asia, Sabtu (30/5).

"Militerisasi pulau-pulau ini adalah sesuatu yang kita lawan," tambahnya.

Cina dan AS telah terlibat dalam perang diplomasi di atas Laut Cina Selatan, di mana Beijing telah dengan cepat membangun terumbu lebih sekitar 2.000 hektar.

Pada Rabu (27/5), Menteri Pertahanan AS Ashton Carter, dalam tur 10 hari di Asia, menyerukan "penghentian segera dan abadi untuk reklamasi tanah oleh penuntut apapun." AS menegaskan daerah yang diklaim oleh China adalah perairan dan wilayah udara internasional, AS juga telah mengirimkan pesawat pengintai dan kapal angkatan laut.

Pekan lalu militer Cina memerintahkan P-8 pesawat pengintai Poseidon Angkatan Laut AS untuk meninggalkan daerah atas Kepulauan Spratly yang masih dalam sengketa.

Beijing membela pekerjaan pengerukan di perairan yang diperebutkan dan menuduh Washington ikut campur dalam sengketa itu. China bersikeras memiliki kedaulatan atas hampir semua Laut Cina Selatan, rute pelayaran global utama dan diyakini menjadi rumah bagi kekayaan cadangan minyak dan gas.

Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei juga mengklaim memiliki laut tersebut.

Ketegangan di Laut Cina Selatan kemungkinan akan mendominasi Dialog Shangri-La pada pekan ini di Singapura, sebuah konferensi keamanan tahunan utama yang mengumpulkan menteri pertahanan dan petinggi dari seluruh Asia. Carter adalah karena menyampaikan pidato di konferensi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement