REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Di tengah upaya pencarian yang terus dilakukan untuk menyelamatkan korban kapal pesiar di Sungai Yangtze, para kerabat korban berkumpul di Nanjing dan Shanghai menunggu kabar.
Sedikitnya lima orang dipastikan tewas dan sekitar 400 lainnya masih hilang sejak Bintang Timur terbalik dalam perjalanan ke Chingqing, Senin (1/6) malam waktu setempat. Kecelakaan tersebut sekaligus menjadi bencana terburuk transportasi Cina.
Kapal tersebut mengangkut 458 penumpang, sebagian besar merupakan pensiunan dari Provinsi Jiangsu serta Shanghai. Banyak dari mereka memesan paket perjalanan dengan Travel Xiehe.
Kerabat yang cemas berkumpul di kantor perusahaan tersebut di Shanghai, Selasa (2/6). Sayangnya kantor tersebut tutup.
Seorang pemuda terlihat menangis sambil berjongkok di depan pintu. "Ma dan Pa aku salah. Aku seharusnya tidak membiarkan kalian pergi berlibur," katanya dalam isak tangis dikutip dari BBC News, Rabu (3/6).
Seorang kerabat lain mengaku mengetahui berita tersebut saat dirinya bekerja. Namun ia kecewa ketika tidak bisa mendapat kejelasan akan nasib kedua orang tuanya di kapal tersebut.
"Saya tahu tentang ini di berita sementara aku sedang bekerja. Saya menangis sepanjang jalan ke sini dan di sini saya tidak dapat menemukan siapapun, pintu terkunci," kata Wang Seng (35 tahun).
Di Nanjing, pejabat lokal telah mendirikan pusat kontak di hotel untuk para kerabat. Di sana, mereka dapat mendaftarkan rincian kerabat yang menjadi korban sambil menunggu berita lebih lanjut.
Sedikitnya satu keluarga telah menerima kabar baik. Kakak beradik Cao Feng dan Cao Cen di Nanjing menangis lega ketika melihat ibu mereka Zhu Hongmei (65 tahun) diselamatkan melalui gambar berita.
Ia ditarik keluar oleh penyelam dari kapal dan dibantu puluhan personel penyelam lainnya untuk dibwa ke rumah sakit. Laporan menyatakan bila Hongmei hanya mengalami kelelahan tanpa terluka. Namun, kakak beradik Cao tersebut mengaku masih khawatir lantaran sang ayah juga berada di dalam kapal dan masih hilang.