REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menyebut tindakan perusahaan telekomunikasi Prancis, Orange yang memutus hubungan dengan Israel sebagai drama yang tak masuk akal, Kamis (4/6).
Dia bereaksi dengan mendesak Pemerintah Prancis agar secara terbuka mengutuk perusahaan Orange karena memutuskan hubungan dengan cabang Israelnya.
"Saya menyeru Pemerintah Prancis agar secara terbuka menolak pernyataan dan tindakan menyedihkan oleh satu perusahaan yang separuhnya dimilikinya," kata Netanyahu ketika menghadiri upacara peringatan di Israel.
Pernyataan Netanyahu dikumandangkan oleh Presiden Israel Reuven Rivlin yang menyebut pengumuman Orange sebagai serangan lain dari lembaga antiIsrael dan antiSemit.
Gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) internasional telah mendapat momentum baru-baru ini setelah macetnya pembicaraan perdamaian, dalam upaya mengakhiri pendudukan Israel di Palestina.
Dalam satu pekan belakangan, beberapa perkembangan merebak di Israel karena khawatir terhadap boikot internasional. Politisi Israel mencela kecaman masyarakat internasional itu sebagai bias terhadap Israel dan menyebutnya kedok baru antiSemitisme.
Netanyahu mengatakan ada aksi internasional untuk menodai nama Israel dan berusaha mengaitkan upaya boikot dengan sejarah antiSemitisme.
CEO perusahaan Orange, Stephen Richard mengumumkan di Kairo, Mesir kelompok usahanya bermaksud mengakhiri hubungan dengan operator Israelnya, Partner sehubungan dengan kegiatan permukiman Yahudi di Palestina, Tepi Barat Sungai Jordan.
Permukiman tersebut dipandang tidak sah berdasarkan hukum internasional.