Ahad 07 Jun 2015 12:33 WIB

Mentan: Stok Bawang Merah Aman, Harusnya tak Impor

Rep: Sonia Fitri/ Red: Indah Wulandari
Harga Bawang Merah Naik: Pedagang memilah bawang merah di Pasar Senen, Jakarta, Senin (18/5).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Harga Bawang Merah Naik: Pedagang memilah bawang merah di Pasar Senen, Jakarta, Senin (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan, persediaan bawang merah aman. Makanya, tak perlu ada impor meski diakui perlu banyak pembenahan dalam alur distribusinya.

"Harganya pun tak seharusnya melonjak karena pasokan banyak," kata dia dalam rilis akhir pekan ini ketika mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla di Bone, Sulawesi Selatan.

Ketidakstabilan harga bawang merah di berbagai daerah di Sulawesi Selatan, kata dia, mulai terganggu menjelang Ramadhan kendati stok masih aman untuk kebutuhan pasar.

 Ia pun tak mau berspekulasi soal penyebab harga bawang di Sulsel bergejolak, padahal daerah ini memiliki sentra produksi bawang merah.

Dalam sidaknya di Pasar Tradisional Terong, Makassar, ia mendapati harga bawang merah lokal dari Bantaeng Rp16 ribu-Rp20 ribu per kilogram. Sedangkan bawang dari Bima Rp 40 ribu per kilogram.

Para pedagang mengaku permintaan bawang terus meningkat jelang Ramadhan. Namun mereka tidak berani menjual banyak karena harga dari pengumpul juga naik terus.

"Sulsel memiliki stok sekitar 5.000 ton, sedangkan harga bawang di tingkat petani antara Rp 17 ribu sampai Rp 20 ribu per kilogram," katanya.

Saat ini pun Sulsel menghadapi musim panen bawang sekitar 500 hektare. Maka produksinya bisa cukup menutupi kebutuhan lebaran.

 Seperti diketahui, di Sulsel terdapat tiga daerah penyuplai bawang merah terbesar yakni Kabupaten Enrekang, Bantaeng dan Jeneponto. Produksi dari sentra penghasil bawang di daerah pegunungan Enrekang sebesar 33.017 ton, Bantaeng 5.031 ton dan Jeneponto 1.224 ton.

Produksi bawang Sulsel tak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal, tapi juga didistribusikan ke Kalimantan dan daerah lainnya.

Panen raya bawang merah di Sulsel berlangsung Januari hingga Februari, tetapi produksi tetap ada sampai Agustus, bahkan petani di Enrekang dan Jeneponto sepanjang tahun menghasilkan bawang merah.

Mengingat stok yang masih aman, Mentan sangat berharap tidak ada impor meskipun rekomendasi impor bawang merah dari Kementerian Pertanian sudah dinanti oleh Kementerian Perdagangan. Untuk bawang merah, kata dia, impor adalah pilihan terakhir bila memang benar-benar diperlukan.

"Tapi saya harap tidak perlu impor, karena stok kita cukup hingga Lebaran, kita lihat saja nanti,” tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement